Pengertian Bediding, Penyebab dan Dampaknya

Bediding adalah sebuah istilah dalam bahasa Jawa khususnya untuk masyarakat jawa timuran, untuk menyebut perubahan suhu yang mencolok khususnya di awal musim kemarau. Peristiwa alam ini semacam anomali karena terjadinya suhu udara yg sangat dingin menjelang malam hingga pagi, sementara di siang hari suhu melonjak hingga panas menyengat.

salju yg turun di dieng saat musim kemarau

Perubahan suhu tersebut terjadi selama tiga hingga empat bulan dan selalu pada pertengahan tahun antara bulan Juni sampai Agustus. Bediding juga dikenal sebagai musim bediding yang merupakan musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.

Suhu udara pada masa musim bediding memang tidak sedingin di daerah subtropis seperti Eropa, tetapi sudah dapat membuat badan menggigil kedinginan, terutama di dataran tinggi seperti dataran tinggi Dieng.

Penyebab terjadinya bediding


Peristiwa cuaca bediding saat ini dipengaruhi oleh daerah tekanan tinggi di Benua Austalia dan daerah tekanan rendah di Samudera Pasifik Barat yang dapat memicu terjadinya peningkatan kecepatan angin di wilayah Jawa Timur, dengan kecepatan dapat mencapai 45 km/jam untuk wilayah-wilayah pesisir utara Jawa Timur, bagian barat wilayah Jawa Timur, dan peningkatan tinggi gelombang laut di perairan Jawa Timur.

Dengan kecepatan angin demikian, awan di atas langit seputar jawa timur menjadi sangat tipis. Karena tidak adanya tutupan awan, maka radiasi (panas) matahari yg diterima bumi pada siang hahrinya, akan diteruskan (dilepaskan kembali) secara besar-besaran ke luar angkasa yang berakibat suhu di bumi menjadi dingin.

Suhu ekstrem di kawasan Bromo yang membuat tanaman dan dedaunan terselimuti embun salju dikarenakan oleh efek 'bediding'.

Dampak bediding


Perubahan musim ini juga biasa disebut orang jawa dengan musim pembawa penyakit pada manusia dan hewan peliharaan.

Untuk hewan ternak Menurut Prof Kamiso HN, wabah penyakit pada perikanan sering timbul berhubungan dengan musim. Pada saat musim kemarau, sekitar Juli sampai September, sering timbul berbagai penyakit yang bersifat endemik dan oportunistik. Contohnya Aeromonas hydrophila (MAS), Pseudomonas sp. (BHS), Mycobacterium sp (Mycobacteriosis), dan Ichthyophthirius multifilis (Ich). Hal tersebut disebabkan keterbatasan persediaan air sehingga kualitas air menurun serta bersamaan dengan rendahnya suhu air. Dibelahan bumi selatan Indonesia, musim kemarau bersamaan dengan musim “dingin” (bediding). Penurunan suhu udara akan menurunkan suhu air sehingga ikan menjadi stres, nafsu makan dan daya tahan tubuh menurun.


Perubahan suhu kolam lele yang drastis antara siang dan malam hari selama periode bediding akan menyebabkan penyakit whitespot yang dapat mengakibatkan kematian pada lele. Selain itu, lele mudah terserang banyak penyakit ketika suhu kolam kurang dari 25 °C

Sedangkan bagi manusia dan tumbuhan perubahan hawa yang sangat terasa dingin biasanya juga  ditandai dengan kulit tubuh kita terasa kering (jawa:Mbesisik) seperti terkena ac dalam waktu yg lama karena kelembaban udara yg rendah. Rerumutan yang mengunig seperti akan mati padahal mereka tidak benar benar mati.

Untuk mengatasi hal ini Usahakan tetap berolah raga agar timbul keringat. Keringat dapat mencegah pengeringan kulit dari dalam tubuh dan cara ini merupakan yang paling alami.
Perbanyak minum air putih dan makan buah-buahan yang mengandung vitamin C, asam lemak, dan magnesium. Namun perlu diingat, efek sampingnya kita akan lebih sering buang air kecil. Bila perlu gunakan madu atau minyak zaitun untuk mengoles bagian kulit yang terasa kering.
Untuk perawatan pada wajah dapat mengunakan masker yang terbuat dari bahan-bahan di atas seperti madu dan minyak zaitun. Selain itu bahan masker untuk kulit wajah juga dapat menggunakan labu yang dicampur dengan serbuk teh kayu manis. Pemakaian masker biasanya berlangsung sekitar 15 menit.
Baca Juga

0 Response to "Pengertian Bediding, Penyebab dan Dampaknya"

Posting Komentar