Istilah dalam alkemia :
Pseudosains : Sebuah pengetahuan, metodologi, keyakinan atau praktik yang di "klaim" sebagai ilmiah tapi tidak memenuhi persyaratan metode ilmiah yang dapat diuji dan seringkali berbenturan dengan kesepakatan/konsensus ilmiah yang umum
Astrologi : Sebuah pseudosains mengenai ilmu pebintangan
Semiotika : Studi tentang pengambilan keputusan dalam mengamati hal - hal fisik (Terlihat)
Metalurgi : Ilmu, Seni dan Teknologi yang mengkaji proses pengolahan dan perekayasaan logam dan mineral
Mistisisme : paham yang memberikan ajaran yang serba mistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali penganutnya.
Hermetisisme : Kerahasiaan
Cleric : Orang - orang dari golongan rohaniawan.
Etimologi : Salah satu cabang dalam ilmu bahasa dan sastra yang mengkaji asal - asul sebuah kata.
Asimilasi : pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru
Okultis : Kepercayaan terhadap hal - hal supranatural seperti ilmu sihir
Oke, Kita bahas dari asal usul istilah alkimia. Alkimia berasal dari bahasa arab yang disebut Alkimia juga (Al-khimiya) yang merupakan dasar bahasa serapan asing bagi kultur barat . Etimologi lain membahas Al - Kemi yang berarti seni Mesir, karena bangsa Mesir Kuno menyebut negerinya "Kemi" dan dipandang sebagai penyihir sakti di seluruh dunia kuno. Alkimia ini merupakan adalah salah satu anggota pseudosains seperti sepupunya ESPer, Astrology dan Horoscope. Yah, Alkimia berada dalam lingkup Pseudosains yang mengakibatkan Alkimia tidak dapat memasuki kurikulum pelajaran di dunia. Alkimia sekarang lebih banyak dianggap legenda oleh para Cleric namun tidak sedikit dari mereka yang mencoba mempelajari Alkimia ini.
Apa itu Alkimia?:
Alkimia atau disebut dalam literatur inggris sebagai Alchemy adalah cabang ilmu pengetahuan yang memfokuskan diri terhadap Transmutasi Unsur. Awalnya, Orang beranggapan bahwa Alkemis adalah seorang ahli pseudosains yang berupaya mengubah timah (lebih luasnya logam) menjadi emas (disebut juga logam mulia ). Seorang Alkimia beranggapan bahwa semua materi terdiri atas 4 unsur yakni Api (Fire), Air (Water), Tanah (Earth) dan Udara (Wind). Dari sudut pandang masa kini, upaya dan keyakinan mereka dianggap memiliki keabsahan yang berakhir nihil walaupun beberapa hal dalam alkimia menghasilkan banyak pengetahuan untuk kimia modern saat ini. Namun tidak halnya dalam konteks zaman mereka, mereka mencoba menjelajahi dan menyelidiki alam sebelum ditemukannya berbagai macam alat dan praktik ilmiah dasar, dan berpedoman pada pegalaman, tradisi, pengamatan dasar, dan kekuatan mistis untuk "menambal" sebagian besar hal - hal yang belum dapat dijelaskan dalam Alkimia.
Untuk memahami para ahli alkimia, cobalah merenungkan betapa ajaibnya perubahan suatu zat menjadi zat lain, yang menjadi dasar metalurgi sejak dimulainya ilmu ini pada akhir zaman Neolitikum, bagi kebudayaan yang tidak memahami fisika atau kimia secara formal. Bagi ahli alkimia, tak ada alasan kuat untuk memisahkan ranah pengetahuan kimiawi (material) dengan ranah pengetahuan penafsiran, perlambangan, atau filsafat.
Transmutasi logam biasa menjadi emas melambangkan upaya menuju kesempurnaan dari hirarki tertinggi. Ahli alkimia meyakini bahwa seluruh alam semesta sedang bergerak menuju keadaan sempurna dimana emas, karena tak bisa rusak, dianggap zat yang paling sempurna. Dengan mencoba mengubah logam biasa menjadi emas, mereka sebenarnya mencoba membantu alam semesta. Maka, cukup logis jika mereka berpikir bahwa dengan memahami rahasia ketidakberubahan emas, mereka akan menemukan kunci untuk menangkal penyakit dan pembusukan organik, demikianlah hubungan antara tema-tema kimiawi, spiritual, dan astrologi menjadi ciri-ciri alkimia zaman pertengahan.
Bukan hanya itu saja Alkemis ini berupaya mencari atau mendapatkan rumus kimia untuk pembuatan Philosopher's Stone yang berfungsi untuk mengubah logam menjadi emas, pembuatan Elixir yaitu obat yang menyembuhkan segala macam jenis penyakit dan Elixir of Life/Youth yang memungkinkan mereka hidup lebih lama daripada Manusia pada umumnya.
Selain itu, bidang alkimia banyak berubah sepanjang zaman, dimulai sebagai cabang metalurgis/obat agama, menjadi bidang studi yang kaya dan sah, berdevolusi (perubahan yang semu) menjadi mistisisme dan penipuan blak-blakan, dan akhirnya memberikan sebagian pengetahuan empiris dasar untuk bidang kimia dan obat-obatan modern.
Hingga abad ke-18, alkimia dianggap sebagai ilmu serius di Eropa; contohnya, Isaac Newton mengabdikan banyak waktu untuk ilmu ini. Ahli alkimia terkemuka lainnya di dunia Barat adalah Roger Bacon, Santo Thomas Aquinas, Tycho Brahe, Thomas Browne, dan Parmigianino. Alkimia inilah yang nantinya menjadi cikal bakal dari Kimia modern abad ke - 18
Asal - Usul Alkimia
Spoiler for Alkimia dan Astrologi:
Awalnya Alkimia dan Astrologi berkaitan erat dan memiliki pemahaman bahwa 7 planet dalam tata surya ini melambangkan logam - logam tertentu (seperti yang kita tahu bahwa Mars adalah planet yang memiliki unsur dasar Iron/Metal).
Karena Isaac Newton merupakan ahli alkimia yang terkenal pada masanya, sedangkan astrologi dan alkimia (sampai sekarang pun) begitu berkaitan erat, adanya kemungkinan bahwa Newton memiliki pengetahuan yang baik tentang astrologi, atau setidaknya pemahaman dasar mengenai metodologi astrologi yang berkaitan dengan alkimia. Maka, secara logis, seseorang pastilah tahu banyak tentang astrologi agar dapat menggunakan alkimia secara efektif, dan Newton serta para ahli alkimia terkemuka lainnya tentu mengetahui hal ini.
Alkimia dan Cina:
Sementara alkimia Barat akhirnya berpusat pada transmutasi logam biasa menjadi logam mulia, di Tiongkok justru para Alkemi tersebut mencoba mengembangkan obat - obatan. Philosopher's Stone milik alkimiawan Eropa memiliki kemiripan dengan Grand Elixir of Immortality yang dicari-cari para alkimiawan Tiongkok. Dengan demikian, kedua tradisi ini mungkin memiliki lebih banyak kesamaan daripada yang diperkirakan semula.
Bubuk hitam mungkin merupakan ciptaan terpenting alkimiawan Tiongkok. Disebut-sebut dalam teks abad ke-9 dan sudah digunakan dalam kembang api pada abad ke-10, bubuk ini juga sudah digunakan dalam meriam pada 1290 dan bubuk ini yang kita sebut dikemudian hari sebagai bubuk mesiu.
Alkimia dan India:
hanya sedikit yang diketahui di Barat tentang ciri-ciri dan sejarah alkimia India. Seorang alkimiawan Iran abad ke-11 bernama al-Biruni melaporkan bahwa mereka "memiliki ilmu yang mirip dengan alkimia yang asing bagi mereka, ilmu yang disebut Rasavatam. Nama ini berarti seni yang terbatas pada operasi, obat, senyawa, dan obat-obatan tertentu, yang sebagian besar diambil dari tumbuhan. Prinsipnya adalah mengembalikan kesembuhan bagi orang yang sakit parah, dan mengembalikan kemudaan bagi usia tua." Contoh teks terbaik yang berdasarkan pada sains ini adalah The Vaishashik Darshana karya Kanada (fl. 600 SM), yang menggambarkan teori atom seabad sebelum Democritus.
hanya sedikit yang diketahui di Barat tentang ciri-ciri dan sejarah alkimia India. Seorang alkimiawan Iran abad ke-11 bernama al-Biruni melaporkan bahwa mereka "memiliki ilmu yang mirip dengan alkimia yang asing bagi mereka, ilmu yang disebut Rasavatam. Nama ini berarti seni yang terbatas pada operasi, obat, senyawa, dan obat-obatan tertentu, yang sebagian besar diambil dari tumbuhan. Prinsipnya adalah mengembalikan kesembuhan bagi orang yang sakit parah, dan mengembalikan kemudaan bagi usia tua." Contoh teks terbaik yang berdasarkan pada sains ini adalah The Vaishashik Darshana karya Kanada (fl. 600 SM), yang menggambarkan teori atom seabad sebelum Democritus.
Alkimia dan Mesir Kuno:
Alkimiawan Barat umumnya menelusur asal usul Alkimia barat ke Mesir Kuno. Metalurgi dan mistisisme berhubungan erat di dunia kuno, karena perubahan biji timah menjadi emas pasti bagi mereka merupakan sihir. Oleh karena itu, diperkirakan alkimia di Mesir Kuno dikuasai oleh kelas pendeta.
Kota Iskandariyah di Mesir adalah pusat pengetahuan alkimia, dan tetap diagungkan hingga setelah keruntuhan budaya Mesir Kuno sekalipun, selama masa-masa Yunani dan Romawi. Sayangnya, hampir tak ada dokumen Mesir asli tentang alkimia yang masih tersisa sekarang. Andaikan ada, tulisan-tulisan itu kemungkinan besar hilang ketika Kaisar Diocletian memerintahkan pembakaran buku-buku alkimia setelah meredam pemberontakan di Iskandariyah, yang merupakan pusat alkimia Mesir. Alkimia Mesir sebagian besar dikenal melalui tulisan para filsuf Yunani kuno dan sekarang yang tersisa hanya ditulis dalam terjemahan Islam.
Menurut legenda, pendiri alkimia Mesir adalah Dewa Thoth, yang disebut Hermes-Thoth atau Thrice-Great Hermes (Hermes Trismegistus) oleh bangsa Yunani. Konon ia menulis sesuatu yang disebut 42 Kitab Pengetahuan, yang mencakup semua bidang pengetahuan — termasuk alkimia. Lambang Hermes adalah caduceus atau tongkat ular, yang menjadi salah satu dari banyak lambang utama alkimia. "Tablet Emerald" atau Hermetica karya Thrice-Greatest Hermes, yang dikenal hanya melalui terjemahan Yunani dan Arab, secara umum diakui telah membentuk dasar praktik dan filsafat alkimia Barat, yang disebut filsafat rahasia oleh para praktisi.
Inti pertama "Tablet Emerald" menyampaikan tujuan ilmu hermetis: "sebenar-benarnya, seyakin-yakinnya, dan tanpa keraguan, apa yang di bawah itu sama dengan apa yang di atas, dan apa yang di atas sama dengan apa yang di bawah, untuk dapat menciptakan mukjizat satu hal". Ini adalah keyakinan makrokosmos-mikrokosmos inti bagi filsafat hermetis. Dengan kata lain, tubuh manusia (mikrokosm) dipengaruhi oleh dunia luar (makrokosm), yang mencakup langit melalui astrologi, dan bumi melalui unsur
Alkimia dan Yunani:
Bangsa Yunani mengambil keyakinan kuno bangsa Mesir dan memadukannya dengan filsafat Pythagoreanisme, ionianisme, dan gnostisisme. Pada intinya, Filsafat Pythagorean adalah keyakinan bahwa bilangan mengatur alam semesta, keyakinan yang berasal dari pengamatan bunyi, bntang, bentuk geometris seperti segitiga, atau apa pun yang perhitungannya dapat menghasilkan angka rasio.
Pemikiran Ionia didasarkan pada keyakinan bahwa alam semesta dapat dijelaskan melalui mempelajari fenomena alam; filsafat ini diyakini diciptakan oleh Thales dan muridnya Anaximander, dan kemudian dikembangkan oleh Plato dan Aristoteles, yang karya-karyanya menjadi bagian alkimia.
Menurut keyakinan ini, alam semesta dapat digambarkan oleh beberapa hukum alam yang dapat diketahui melalui penjelajahan filosofis yang hati-hati, saksama, teliti. Komponen ketiga yang dimasukkan ke filsafat hermetis oleh bangsa Yunani adalah gnotisisme, keyakinan yang tersebar luas di Kekaisaran Romawi Kristen, bahwa dunia itu tidak sempurna karena diciptakan dengan cara yang cacat, dan mempelajari sifat materi spiritual akan menuntun kita ke keselamatan.
Mereka juga meyakini bahwa Tuhan tidak "menciptakan" alam semesta dalam makna klasik, tetapi bahwa alam semesta diciptakan "dari-Nya", tetapi kemudan rusak (bukan dirusakkan oleh pelanggaran Adam dan Hawa, yakni dosa waris). Menurut keyakinan Gnostisisme, memuja kosmos, alam, dan makhluk dunia, itulah memuja Tuhan Sejati. Kaum Gnostik tidak mencari keselamatan dari dosa, melainkan berupaya melepaskan diri dari ketidaktahuan, meyakini bahwa dosa hanyalah konsekuensi dari ketidaktahuan. Teori Platonis dan neo-Platonis tentang universal dan ke-Mahakuasa-an Tuhan juga diserap.
Sebuah konsep yang sangat penting yang diperkenalkan pada masa ini, berasal dari Empedocles dan dikembangkan Aristoteles, adalah bahwa semua hal di alam semesta terbentuk dari hanya empat unsur: tanah, udara, air, dan api. Menurut Aristoteles, setiap unsur memiliki lingkup asalnya, tempatnya kembali jika tidak terganggu.
Keempat unsur bangsa Yunani lebih merupakan aspek kualitatif materi (Kualitas Materi), bukan kuantitatif (Banyaknya Materi : ingat istilah nomor atom dkk. ) sebagaimana unsur kimia modern. "...Alkimia sejati tak pernah menganggap tanah, udara, air, dan api sebagai zat fisik atau kimia sebagaimana makna katanya pada masa kini. Keempat unsur ini sederhananya adalah sifat-sifat primer dan umum. Melalui sifat-sifat ini, zat nirbentuk dan kuantitatif dari semua benda mewujudkan dirinya dalam bentuk-bentuk yang jelas". Para alkimiawan selanjutnya (jika Plato dan Aristoteles boleh disebut alkimiawan) mengembangkan aspek mistis konsep ini secara luas.
Alkimia dan Kekaisaran Romawi:
Bangsa Romawi mengambil alkimia dan metafisika Yunani, sebagaimana mereka menyerap sebagian besar pengetahuan dan filsafat Yunani. Pada akhir Kekaisaran Romawi, filsafat alkimia Yunani telah digabungkan dengan filsafat bangsa Mesir dan membentuk aliran Hermetisisme.
Namun, perkembangan agama Kristen di Kekaisaran tersebut membawa jalur pemikiran yang bertolak belakang, berakar dari Agustinus (354-430 M), seorang filsuf Kristen awal yang menuliskan keyakinannya menjelang runtuhnya Kekaisaran Romawi. Pada intinya, ia merasa bahwa akal dan iman dapat digunakan untuk memahami Tuhan, tetapi filsafat itu buruk: "Dalam jiwa juga terdapat, melalui indra badaniah ini, sejenis keinginan dan keingintahuan hampa yang bertujuan bukan untuk menikmati tubuh, tetapi memperoleh pengalaman melalui tubuh, dan keingintahuan hampa ini dihormati atas nama pembelajaran dan ilmu pengetahuan".
Gagasan Augustinian jelas-jelas menentang eksperimen, tetapi ketika teknik eksperimental Aristotelian tersedia bagi dunia Barat, teknik tersebut tidak ditolak. Namun, pemikiran Augustinian sudah mendarah daging dalam masyarakat Zaman Pertengahan dan digunakan untuk menuding alkimia sebagai ilmu yang tidak ilahiah. Pada akhirnya, pada akhir era pertengahan, arus pemikiran ini menciptakan celah permanen, yang memisahkan alkimia dari agama yang justru dahulu mendorong kelahirannya.
Sebagian besar pengetahuan Romawi tentang alkimia, sebagaimana pengetahuan Yunani dan Mesir, sekarang hilang. Di Alexandria, pusat pengkajian alkimia di Kekaisaran Roma, seni tersebut disampaikan dari mulut ke mulut dan untuk mempertahankan kerahasiaan, hanya sedikit yang dituliskan. (Sejak itu kata "hermetis" berarti "rahasia"). Mungkin saja ada sebagian yang ditulis di Alexandria, dan kemudian hilang atau terbakar pada masa-masa kericuhan itu.
Alkimiawan Barat umumnya menelusur asal usul Alkimia barat ke Mesir Kuno. Metalurgi dan mistisisme berhubungan erat di dunia kuno, karena perubahan biji timah menjadi emas pasti bagi mereka merupakan sihir. Oleh karena itu, diperkirakan alkimia di Mesir Kuno dikuasai oleh kelas pendeta.
Kota Iskandariyah di Mesir adalah pusat pengetahuan alkimia, dan tetap diagungkan hingga setelah keruntuhan budaya Mesir Kuno sekalipun, selama masa-masa Yunani dan Romawi. Sayangnya, hampir tak ada dokumen Mesir asli tentang alkimia yang masih tersisa sekarang. Andaikan ada, tulisan-tulisan itu kemungkinan besar hilang ketika Kaisar Diocletian memerintahkan pembakaran buku-buku alkimia setelah meredam pemberontakan di Iskandariyah, yang merupakan pusat alkimia Mesir. Alkimia Mesir sebagian besar dikenal melalui tulisan para filsuf Yunani kuno dan sekarang yang tersisa hanya ditulis dalam terjemahan Islam.
Menurut legenda, pendiri alkimia Mesir adalah Dewa Thoth, yang disebut Hermes-Thoth atau Thrice-Great Hermes (Hermes Trismegistus) oleh bangsa Yunani. Konon ia menulis sesuatu yang disebut 42 Kitab Pengetahuan, yang mencakup semua bidang pengetahuan — termasuk alkimia. Lambang Hermes adalah caduceus atau tongkat ular, yang menjadi salah satu dari banyak lambang utama alkimia. "Tablet Emerald" atau Hermetica karya Thrice-Greatest Hermes, yang dikenal hanya melalui terjemahan Yunani dan Arab, secara umum diakui telah membentuk dasar praktik dan filsafat alkimia Barat, yang disebut filsafat rahasia oleh para praktisi.
Inti pertama "Tablet Emerald" menyampaikan tujuan ilmu hermetis: "sebenar-benarnya, seyakin-yakinnya, dan tanpa keraguan, apa yang di bawah itu sama dengan apa yang di atas, dan apa yang di atas sama dengan apa yang di bawah, untuk dapat menciptakan mukjizat satu hal". Ini adalah keyakinan makrokosmos-mikrokosmos inti bagi filsafat hermetis. Dengan kata lain, tubuh manusia (mikrokosm) dipengaruhi oleh dunia luar (makrokosm), yang mencakup langit melalui astrologi, dan bumi melalui unsur
Alkimia dan Yunani:
Bangsa Yunani mengambil keyakinan kuno bangsa Mesir dan memadukannya dengan filsafat Pythagoreanisme, ionianisme, dan gnostisisme. Pada intinya, Filsafat Pythagorean adalah keyakinan bahwa bilangan mengatur alam semesta, keyakinan yang berasal dari pengamatan bunyi, bntang, bentuk geometris seperti segitiga, atau apa pun yang perhitungannya dapat menghasilkan angka rasio.
Pemikiran Ionia didasarkan pada keyakinan bahwa alam semesta dapat dijelaskan melalui mempelajari fenomena alam; filsafat ini diyakini diciptakan oleh Thales dan muridnya Anaximander, dan kemudian dikembangkan oleh Plato dan Aristoteles, yang karya-karyanya menjadi bagian alkimia.
Menurut keyakinan ini, alam semesta dapat digambarkan oleh beberapa hukum alam yang dapat diketahui melalui penjelajahan filosofis yang hati-hati, saksama, teliti. Komponen ketiga yang dimasukkan ke filsafat hermetis oleh bangsa Yunani adalah gnotisisme, keyakinan yang tersebar luas di Kekaisaran Romawi Kristen, bahwa dunia itu tidak sempurna karena diciptakan dengan cara yang cacat, dan mempelajari sifat materi spiritual akan menuntun kita ke keselamatan.
Mereka juga meyakini bahwa Tuhan tidak "menciptakan" alam semesta dalam makna klasik, tetapi bahwa alam semesta diciptakan "dari-Nya", tetapi kemudan rusak (bukan dirusakkan oleh pelanggaran Adam dan Hawa, yakni dosa waris). Menurut keyakinan Gnostisisme, memuja kosmos, alam, dan makhluk dunia, itulah memuja Tuhan Sejati. Kaum Gnostik tidak mencari keselamatan dari dosa, melainkan berupaya melepaskan diri dari ketidaktahuan, meyakini bahwa dosa hanyalah konsekuensi dari ketidaktahuan. Teori Platonis dan neo-Platonis tentang universal dan ke-Mahakuasa-an Tuhan juga diserap.
Sebuah konsep yang sangat penting yang diperkenalkan pada masa ini, berasal dari Empedocles dan dikembangkan Aristoteles, adalah bahwa semua hal di alam semesta terbentuk dari hanya empat unsur: tanah, udara, air, dan api. Menurut Aristoteles, setiap unsur memiliki lingkup asalnya, tempatnya kembali jika tidak terganggu.
Keempat unsur bangsa Yunani lebih merupakan aspek kualitatif materi (Kualitas Materi), bukan kuantitatif (Banyaknya Materi : ingat istilah nomor atom dkk. ) sebagaimana unsur kimia modern. "...Alkimia sejati tak pernah menganggap tanah, udara, air, dan api sebagai zat fisik atau kimia sebagaimana makna katanya pada masa kini. Keempat unsur ini sederhananya adalah sifat-sifat primer dan umum. Melalui sifat-sifat ini, zat nirbentuk dan kuantitatif dari semua benda mewujudkan dirinya dalam bentuk-bentuk yang jelas". Para alkimiawan selanjutnya (jika Plato dan Aristoteles boleh disebut alkimiawan) mengembangkan aspek mistis konsep ini secara luas.
Alkimia dan Kekaisaran Romawi:
Bangsa Romawi mengambil alkimia dan metafisika Yunani, sebagaimana mereka menyerap sebagian besar pengetahuan dan filsafat Yunani. Pada akhir Kekaisaran Romawi, filsafat alkimia Yunani telah digabungkan dengan filsafat bangsa Mesir dan membentuk aliran Hermetisisme.
Namun, perkembangan agama Kristen di Kekaisaran tersebut membawa jalur pemikiran yang bertolak belakang, berakar dari Agustinus (354-430 M), seorang filsuf Kristen awal yang menuliskan keyakinannya menjelang runtuhnya Kekaisaran Romawi. Pada intinya, ia merasa bahwa akal dan iman dapat digunakan untuk memahami Tuhan, tetapi filsafat itu buruk: "Dalam jiwa juga terdapat, melalui indra badaniah ini, sejenis keinginan dan keingintahuan hampa yang bertujuan bukan untuk menikmati tubuh, tetapi memperoleh pengalaman melalui tubuh, dan keingintahuan hampa ini dihormati atas nama pembelajaran dan ilmu pengetahuan".
Gagasan Augustinian jelas-jelas menentang eksperimen, tetapi ketika teknik eksperimental Aristotelian tersedia bagi dunia Barat, teknik tersebut tidak ditolak. Namun, pemikiran Augustinian sudah mendarah daging dalam masyarakat Zaman Pertengahan dan digunakan untuk menuding alkimia sebagai ilmu yang tidak ilahiah. Pada akhirnya, pada akhir era pertengahan, arus pemikiran ini menciptakan celah permanen, yang memisahkan alkimia dari agama yang justru dahulu mendorong kelahirannya.
Sebagian besar pengetahuan Romawi tentang alkimia, sebagaimana pengetahuan Yunani dan Mesir, sekarang hilang. Di Alexandria, pusat pengkajian alkimia di Kekaisaran Roma, seni tersebut disampaikan dari mulut ke mulut dan untuk mempertahankan kerahasiaan, hanya sedikit yang dituliskan. (Sejak itu kata "hermetis" berarti "rahasia"). Mungkin saja ada sebagian yang ditulis di Alexandria, dan kemudian hilang atau terbakar pada masa-masa kericuhan itu.
Alkimia dan Islam:
Dunia Islam merupakan tempat peleburan bagi alkmia. Pemikiran Platonis dan Aristotelian, yang sudah sedikit-banyak disisihkan menjadi ilmu hermetis, terus diasimilasi. Alkimiawan Islam seperti Abu Bakar Muhammad bin Zakariya al-Razi (Rasis atau Rhazes dalam Bahasa Latin) juga menyumbangkan temuan-temuan kimiawi penting, seperti teknik penyulingan (kata alembic dan alkohol juga berasal dari Bahasa Arab), asam klorida, asam sulfat, dan asam nitrat, al-natrun, dan alkali yang kemudian membentuk nama untuk unsur natrium dan kalium dan banyak lagi. Penemuan bahwa air raja atau aqua regia, campuran asam nitrat dengan asam klorida, dapat melarutkan logam termulia emas, adalah penemuan yang memacu imajinasi para alkimiawan selama seribu tahun selanjutnya.
Para filsuf Islam juga memberikan sumbangan besar untuk hermetisisme alkimia. Penulis yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah Jabir bin Hayyan. Tujuan utama Jabir adalah takwin, penciptaan buatan makhluk hidup dalam laboratorium alkimia, hingga dan termasuk manusia. Ia menganalisis setiap unsur Aristotelian, panas, dingin, kering, dan lembap.
Menurut Jabir, dalam setiap logam, dua sifat ini berada di dalam dan dua berada di luar. Misalnya, timah itu dingin dan kering di luar, sedangkan emas itu panas dan lembap. Maka, Jabir berteori, dengan mengatur ulang sifat-sifat sebuah logam, bisa dihasilkan logam lain. Dengan penalaran ini, pencarian batu filosof diperkenalkan dalam alkimia Barat. Jabir mengembangkan numerologi yang rumit, yakni huruf-akar dari nama sebuah zat dalam Bahasa Arab, jika ditransformasi, akan berkaitan dengan sifat fisika unsur tersebut.for Alkimia dan Eropa Zaman Pertengahan:
Karena kuatnya hubungan dengan kebudayaan Yunani dan Romawi , alkimia diterima dengan mudah oleh filsafat Kristen, dan para alkimiawan Eropa zaman pertengahan memperluas penyerapannya terhadap pengetahuan alkimia Islam. Gerbert of Aurillac, yang kemudian menjadi Paus Silvester II, (meninggal 1003) adalah salah seorang di antara yang pertama membawa ilmu pengetahuan Islam ke Eropa dari Spanyol. Tokoh sesudahnya seperti Adelard of Bath, yang hidup pada abad 12, membawa pengetahuan tambahan. Tetapi sampai dengan abad 13 gerakan-gerakan tersebut terutama bersifat asimilatif.
Pada periode ini muncul beberapa penyimpangan terhadap prinsip Augustinian dari para pemikir Kristen awal. Saint Anselm (1033–1109) adalah seorang Benedictine (pengikut St. Benedict) yang mempercayai bahwa keyakinan/iman harus mendahului rasionalisme, sebagaimana Augustine serta kebanyakan teolog sebelum Anselm mempercayai, akan tetapi Anselm lebih berpendapat bahwa iman dan rasionalisme bersifat sesuai dan ia menyemangati rasionalisme di dalam konteks Kristen. Pandangan-pandangannya menyiapkan tempat terjadinya ledakan filsafat.
Saint Abelard seorang penganut karya Anselm, meletakkan dasar diterimanya pemikiran Aristotelian sebelum karya-karya pertama Aristoteles menjangkau dunia Barat. Pengaruh besarnya pada alkimia adalah keyakinannya bahwa alam semesta Platonis tidak memiliki eksistensi terpisah di luar kesadaran manusia. Abelard juga men-sistematika-kan analisis dari kontradiksi-kontradiksi filsafat.
[img]https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/3c/Bishop_Robert_Grosseteste,_1896_(crop).jpg/220px-Bishop_Robert_Grosseteste,_1896_(crop).jpg[/img]
Robert Grosseteste (1170–1253) adalah perintis teori ilmiah yang kemudian digunakan dan dipoles oleh para ahli kimia. Ia mengambil metode analisis Abelard dan menambahkan penggunaan pengamatan, eksperimentasi, dan penyimpulan dalam membuat evaluasi ilmiah. Grosseteste juga banyak menjembatani pemikiran Platonis dan Aristotelian.
Albertus Magnus (1193–1280) dan Thomas Aquinas (1225–1274) keduanya adalah pengikut Dominican yang mempelajari Aristoteles dan berusaha mendamaikan kesenjangan antara filsafat dengan agama Kristen. Aquinas banyak menyumbangkan karya dalam pengembangan metode ilmiah. Lebih jauh lagi, ia menyatakan bahwa alam semesta bisa diketahui dengan hanya melalui pemikiran logis: ini bertentangan dengan keyakinan Platonis yang umumnya dipegang bahwa alam semesta hanya bisa diketahui semata-mata melalui ilham ketuhanan.
Magnus dan Aquinas adalah di antara yang pertama-tama menguji teori alkimiawi, dan mereka bisa juga dianggap sebagai alkimiawan, dengan perkecualian bahwa mereka hanya melakukan sedikit eksperimentasi. Salah satu sumbangan Aquinas yang utama adalah keyakinan bahwa karena akal pikirantidak akan tidak (Mungkin para kaskuser bingung , ganti aja kata yang di bold menjadi kata "akan" pasti langsung mengerti) sejalan dengan kehendak Tuhan, maka akal pikiran pasti sesuai dengan teologi.
Seorang alkimiawan sejati pertama di Eropa Zaman Pertengahan adalah Roger Bacon. Karyanya untuk alkimia adalah sebanyak yang dihasilkan Robert Boyle untuk ilmu kimia dan Galileo Galilei untuk astronomi dan fisika. Bacon (1214–1294) adalah Fransiskan Oxford yang menjelajahi bidang ilmu optik dan bahasa selain alkimia.
Ide pengikut Fransiskan untuk ambil bagian di dunia bukannya menolak dunia dan membawanya pada keyakinan bahwa eksperimentasi lebih penting daripada pemikiran: " Di antara tiga cara di mana manusia merasa memperoleh pengetahuan: otoritas (karena itu adalah haknya), pemikiran, pengalaman; maka hanya yang terakhirlah yang efektif dan mampu mendamaikan akal budi." (Bacon p. 367) "Ilmu Pengetahuan Eksperimental menguasai kesimpulan semua bidang ilmu pengetahuan. Ia mengungkapkan kebenaran-kebenaran di mana pembuktian dari prinsip/hukum-hukum umum tidak diketemukan sebelumnya.
Roger Bacon juga dikenal sebagai yang memulai pencarian batu filsuf (Philosopher's Stone) serta obat mujarab untuk kehidupan (the elixir of life): "Obat itu akan menghilangkan semua kekotoran dan sifat-sifat buruk dari beberapa jenis logam, dalam pendapat bijaksananya, melenyapkan banyak sifat-sifat buruk yeng mungkin telah berada di tubuh manusia selama berabad-abad."
Ide tentang keabadian diganti dengan gagasan tentang umur panjang. Selanjutnya, kehidupan manusia di Bumi hanya sekedar menunggu dan menyiapkan diri untuk keabadian di dunia Tuhan. Ide tentang keabadian di Bumi tidak berbenturan dengan teologi Kristen.
Bacon bukan hanya dikenal sebagai seorang alkimiawan di puncak zaman pertengahan, melainkan juga yang paling signifikan. Karya-karyanya dipakai oleh para alkimiawan yang tak terhitung jumlahnya dari abad limabelas sampai sembilanbelas. Alkimiawan lain pada masa Bacon memiliki beberapa ciri yang sama. Pertama, dan yang paling jelas, yaitu hampir semuanya adalah anggota kependetaan (clergy).
Mudahnya, ini disebabkan karena sedikit orang di luar sekolah parokial mendapatkan pelajaran yang meneliti karya-karya turunan dari karya Arab. Juga, alkimia pada masa ini disetujui oleh gereja sebagai metode yang baik untuk mengeksplorasi dan mengembangkan teologi. Alkimia juga menarik bagi orang-orang gereja karena ia menawarkan pandangan rasionalistik tentang alam semesta di mana saat itu manusia (Eropa) baru mulai belajar tentang rasionalisme.
Maka pada akhir abad tigabelas, alkimia berkembang menjadi sebuah sistem keyakinan yang hampir terstruktur. Para ahli percaya pada teori makrokosmos-mikrokosmos dari Hermes, itu berarti, mereka mempercayai bahwa proses yang berpengaruh pada mineral dan zat-zat lain juga akan berpengaruh pada tubuh manusia (misalnya, jika seseorang bisa mempelajari rahasia pemurnian emas, maka ia bisa menerapkan tekniknya untuk memurnikan jiwa manusia. Mereka percaya pada empat unsur dan empat kualitas yang telah diuraikan di atas..
Alkimiawan mempraktekkan pengetahuan mereka. Mereka bereksperimen secara aktif dengan bahan kimiawi serta membuat observasi dan teori tentang bagaimana cara alam semesta bekerja. Keseluruhan filsafat mereka berkisar antara keyakinan mereka bahwa jiwa manusia terpisah di dalam diri manusia sejak jatuhnya Adam. Dengan memurnikan dua sisi jiwa itu, manusia bisa kembali menyatu dengan Tuhan.
Pada abad ke-14, pandangan-pandangan ini mengalami perubahan penting. William of Ockham, seorang Fransiskan Oxford yang meninggal pada 1349, menyerang pandangan kaum Thomist tentang kesesuaian antara iman dan pemikiran. Pandangannya, diterima secara luas sekarang, bahwa Tuhan hanya semata-mata diterima lewat iman; Ia tidak bisa dibatasi oleh pemikiran manusia. Tentu saja pandangan ini tidak salah apabila seseorang menerima dalil tentang kettidakterbatasan Tuhan versus keterbatasan kemampuan pemikiran manusia, tapi ini secara tidak langsung menghapus praktik alkimia di abad empatbelas dan limabelas. Paus Yohanes XXII pada awal tahun 1300 mengeluarkan fatwa menentang alkimia, di mana hasilnya adalah membersihkan semua personil gereja dari praktik Alkimia. Iklim berubah, Black plague, dan meningkatnya peperangan serta bencana kelaparan yang menandai abad ini, tidak diragukan lagi juga menghambat pencarian filsafat secara umum.
Alkimia dijaga kehidupannya oleh orang semacam Nicolas Flamel, ia patut diperhitungkan karena ia adalah seorang di antara sedikit alkimiawan yang menulis pada saat sulit tersebut. Flamel yang hidup dari tahun 1330 sampai 1417 merupakan pembuat pola dasar (archetype) dari alkimia tahap selanjutnya.
Dia bukan seorang dari kalangan relijius sebagaimana kebanyakan pendahulunya, Dan seluruh ketertarikannya pada subjek seputar pencarian batu filsuf, di mana ia dianggap telah menemukannya; karya-karyanya banyak menghabiskan waktu dengan uraian proses dan reaksi-reaksi, tapi tidak pernah benar-benar memberikan rumus terjadinya transmutasi. Kebanyakan karya-karyanya bertujuan mengumpulkan pengetahuan alkimia yang telah ada sebelumnya, khususnya yang berkaitan dengan batu filsuf.
Selama akhir zaman pertengahan (1300-1500) para alkimiawan kebanyakan seperti Flamel: mereka berkonsentrasi pada pencarian batu filsuf dan obat awet muda (elixir of youth), yang sekarang dipercayai sebagai dua hal terpisah. Kiasan yang samar-samar dan simbolisme dalam tulisan mengarah pada penafsiran yang bervariasi. Misalnya, kebanyakan alkimiawan pada periode ini menafsirkan pemurnian jiwa untuk mengartikan transmutasi timah menjadi emas (di mana mereka percaya bahwa air raksa elemental, atau 'quicksilver', memiliki peranan penting). Mereka ini dianggap sebagai tukang sihir oleh kebanyakan orang, dan seringkali disiksa karena praktik-praktik mereka.
Tycho Brahe, yang lebih dikenal dengan penyelidikannya tentang astronomi dan astrologi, juga seorang alkimiawan. Ia memiliki laboratorium yang dibangun untuk tujuan itu di institut observatorium.
Salah seorang yang namanya muncul di awal abad enambelas adalah Heinrich Cornelius Agrippa. Alkimiawan ini percaya bahwa dirinya adalah seorang ahli sihir, dalam arti sebenarnya merasa bahwa dirinya mampu memanggil makhluk gaib. Pengaruhnya tidak begitu berarti, tetapi seperti halnya Flamel, ia menghasilkan tulisan-tulisan yang menjadi acuan para alkimiawan tahun-tahun sesudahnya. Sekali lagi seperti halnya Flamel, ia berbuat banyak untuk mengubah alkimia dari filsafat yang sifatnya mistis menjadi magis okultis.
Ia meneruskan filosofi para alkimiawan terdahulu, termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan eksperimental, numerologi dsb., tapi ia menambahkan teori magis, yang mana ini menguatkan ide alkimia sebagai keyakinan okultis. Meskipun demikian, Agrippa tetaplah seorang Kristen, walaupun pandangannya seringkali mengalami konflik dengan gereja.
Dunia Islam merupakan tempat peleburan bagi alkmia. Pemikiran Platonis dan Aristotelian, yang sudah sedikit-banyak disisihkan menjadi ilmu hermetis, terus diasimilasi. Alkimiawan Islam seperti Abu Bakar Muhammad bin Zakariya al-Razi (Rasis atau Rhazes dalam Bahasa Latin) juga menyumbangkan temuan-temuan kimiawi penting, seperti teknik penyulingan (kata alembic dan alkohol juga berasal dari Bahasa Arab), asam klorida, asam sulfat, dan asam nitrat, al-natrun, dan alkali yang kemudian membentuk nama untuk unsur natrium dan kalium dan banyak lagi. Penemuan bahwa air raja atau aqua regia, campuran asam nitrat dengan asam klorida, dapat melarutkan logam termulia emas, adalah penemuan yang memacu imajinasi para alkimiawan selama seribu tahun selanjutnya.
Para filsuf Islam juga memberikan sumbangan besar untuk hermetisisme alkimia. Penulis yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah Jabir bin Hayyan. Tujuan utama Jabir adalah takwin, penciptaan buatan makhluk hidup dalam laboratorium alkimia, hingga dan termasuk manusia. Ia menganalisis setiap unsur Aristotelian, panas, dingin, kering, dan lembap.
Menurut Jabir, dalam setiap logam, dua sifat ini berada di dalam dan dua berada di luar. Misalnya, timah itu dingin dan kering di luar, sedangkan emas itu panas dan lembap. Maka, Jabir berteori, dengan mengatur ulang sifat-sifat sebuah logam, bisa dihasilkan logam lain. Dengan penalaran ini, pencarian batu filosof diperkenalkan dalam alkimia Barat. Jabir mengembangkan numerologi yang rumit, yakni huruf-akar dari nama sebuah zat dalam Bahasa Arab, jika ditransformasi, akan berkaitan dengan sifat fisika unsur tersebut.for Alkimia dan Eropa Zaman Pertengahan:
Karena kuatnya hubungan dengan kebudayaan Yunani dan Romawi , alkimia diterima dengan mudah oleh filsafat Kristen, dan para alkimiawan Eropa zaman pertengahan memperluas penyerapannya terhadap pengetahuan alkimia Islam. Gerbert of Aurillac, yang kemudian menjadi Paus Silvester II, (meninggal 1003) adalah salah seorang di antara yang pertama membawa ilmu pengetahuan Islam ke Eropa dari Spanyol. Tokoh sesudahnya seperti Adelard of Bath, yang hidup pada abad 12, membawa pengetahuan tambahan. Tetapi sampai dengan abad 13 gerakan-gerakan tersebut terutama bersifat asimilatif.
Pada periode ini muncul beberapa penyimpangan terhadap prinsip Augustinian dari para pemikir Kristen awal. Saint Anselm (1033–1109) adalah seorang Benedictine (pengikut St. Benedict) yang mempercayai bahwa keyakinan/iman harus mendahului rasionalisme, sebagaimana Augustine serta kebanyakan teolog sebelum Anselm mempercayai, akan tetapi Anselm lebih berpendapat bahwa iman dan rasionalisme bersifat sesuai dan ia menyemangati rasionalisme di dalam konteks Kristen. Pandangan-pandangannya menyiapkan tempat terjadinya ledakan filsafat.
Saint Abelard seorang penganut karya Anselm, meletakkan dasar diterimanya pemikiran Aristotelian sebelum karya-karya pertama Aristoteles menjangkau dunia Barat. Pengaruh besarnya pada alkimia adalah keyakinannya bahwa alam semesta Platonis tidak memiliki eksistensi terpisah di luar kesadaran manusia. Abelard juga men-sistematika-kan analisis dari kontradiksi-kontradiksi filsafat.
[img]https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/3c/Bishop_Robert_Grosseteste,_1896_(crop).jpg/220px-Bishop_Robert_Grosseteste,_1896_(crop).jpg[/img]
Robert Grosseteste (1170–1253) adalah perintis teori ilmiah yang kemudian digunakan dan dipoles oleh para ahli kimia. Ia mengambil metode analisis Abelard dan menambahkan penggunaan pengamatan, eksperimentasi, dan penyimpulan dalam membuat evaluasi ilmiah. Grosseteste juga banyak menjembatani pemikiran Platonis dan Aristotelian.
Albertus Magnus (1193–1280) dan Thomas Aquinas (1225–1274) keduanya adalah pengikut Dominican yang mempelajari Aristoteles dan berusaha mendamaikan kesenjangan antara filsafat dengan agama Kristen. Aquinas banyak menyumbangkan karya dalam pengembangan metode ilmiah. Lebih jauh lagi, ia menyatakan bahwa alam semesta bisa diketahui dengan hanya melalui pemikiran logis: ini bertentangan dengan keyakinan Platonis yang umumnya dipegang bahwa alam semesta hanya bisa diketahui semata-mata melalui ilham ketuhanan.
Magnus dan Aquinas adalah di antara yang pertama-tama menguji teori alkimiawi, dan mereka bisa juga dianggap sebagai alkimiawan, dengan perkecualian bahwa mereka hanya melakukan sedikit eksperimentasi. Salah satu sumbangan Aquinas yang utama adalah keyakinan bahwa karena akal pikirantidak akan tidak (Mungkin para kaskuser bingung , ganti aja kata yang di bold menjadi kata "akan" pasti langsung mengerti) sejalan dengan kehendak Tuhan, maka akal pikiran pasti sesuai dengan teologi.
Seorang alkimiawan sejati pertama di Eropa Zaman Pertengahan adalah Roger Bacon. Karyanya untuk alkimia adalah sebanyak yang dihasilkan Robert Boyle untuk ilmu kimia dan Galileo Galilei untuk astronomi dan fisika. Bacon (1214–1294) adalah Fransiskan Oxford yang menjelajahi bidang ilmu optik dan bahasa selain alkimia.
Ide pengikut Fransiskan untuk ambil bagian di dunia bukannya menolak dunia dan membawanya pada keyakinan bahwa eksperimentasi lebih penting daripada pemikiran: " Di antara tiga cara di mana manusia merasa memperoleh pengetahuan: otoritas (karena itu adalah haknya), pemikiran, pengalaman; maka hanya yang terakhirlah yang efektif dan mampu mendamaikan akal budi." (Bacon p. 367) "Ilmu Pengetahuan Eksperimental menguasai kesimpulan semua bidang ilmu pengetahuan. Ia mengungkapkan kebenaran-kebenaran di mana pembuktian dari prinsip/hukum-hukum umum tidak diketemukan sebelumnya.
Roger Bacon juga dikenal sebagai yang memulai pencarian batu filsuf (Philosopher's Stone) serta obat mujarab untuk kehidupan (the elixir of life): "Obat itu akan menghilangkan semua kekotoran dan sifat-sifat buruk dari beberapa jenis logam, dalam pendapat bijaksananya, melenyapkan banyak sifat-sifat buruk yeng mungkin telah berada di tubuh manusia selama berabad-abad."
Ide tentang keabadian diganti dengan gagasan tentang umur panjang. Selanjutnya, kehidupan manusia di Bumi hanya sekedar menunggu dan menyiapkan diri untuk keabadian di dunia Tuhan. Ide tentang keabadian di Bumi tidak berbenturan dengan teologi Kristen.
Bacon bukan hanya dikenal sebagai seorang alkimiawan di puncak zaman pertengahan, melainkan juga yang paling signifikan. Karya-karyanya dipakai oleh para alkimiawan yang tak terhitung jumlahnya dari abad limabelas sampai sembilanbelas. Alkimiawan lain pada masa Bacon memiliki beberapa ciri yang sama. Pertama, dan yang paling jelas, yaitu hampir semuanya adalah anggota kependetaan (clergy).
Mudahnya, ini disebabkan karena sedikit orang di luar sekolah parokial mendapatkan pelajaran yang meneliti karya-karya turunan dari karya Arab. Juga, alkimia pada masa ini disetujui oleh gereja sebagai metode yang baik untuk mengeksplorasi dan mengembangkan teologi. Alkimia juga menarik bagi orang-orang gereja karena ia menawarkan pandangan rasionalistik tentang alam semesta di mana saat itu manusia (Eropa) baru mulai belajar tentang rasionalisme.
Maka pada akhir abad tigabelas, alkimia berkembang menjadi sebuah sistem keyakinan yang hampir terstruktur. Para ahli percaya pada teori makrokosmos-mikrokosmos dari Hermes, itu berarti, mereka mempercayai bahwa proses yang berpengaruh pada mineral dan zat-zat lain juga akan berpengaruh pada tubuh manusia (misalnya, jika seseorang bisa mempelajari rahasia pemurnian emas, maka ia bisa menerapkan tekniknya untuk memurnikan jiwa manusia. Mereka percaya pada empat unsur dan empat kualitas yang telah diuraikan di atas..
Alkimiawan mempraktekkan pengetahuan mereka. Mereka bereksperimen secara aktif dengan bahan kimiawi serta membuat observasi dan teori tentang bagaimana cara alam semesta bekerja. Keseluruhan filsafat mereka berkisar antara keyakinan mereka bahwa jiwa manusia terpisah di dalam diri manusia sejak jatuhnya Adam. Dengan memurnikan dua sisi jiwa itu, manusia bisa kembali menyatu dengan Tuhan.
Pada abad ke-14, pandangan-pandangan ini mengalami perubahan penting. William of Ockham, seorang Fransiskan Oxford yang meninggal pada 1349, menyerang pandangan kaum Thomist tentang kesesuaian antara iman dan pemikiran. Pandangannya, diterima secara luas sekarang, bahwa Tuhan hanya semata-mata diterima lewat iman; Ia tidak bisa dibatasi oleh pemikiran manusia. Tentu saja pandangan ini tidak salah apabila seseorang menerima dalil tentang kettidakterbatasan Tuhan versus keterbatasan kemampuan pemikiran manusia, tapi ini secara tidak langsung menghapus praktik alkimia di abad empatbelas dan limabelas. Paus Yohanes XXII pada awal tahun 1300 mengeluarkan fatwa menentang alkimia, di mana hasilnya adalah membersihkan semua personil gereja dari praktik Alkimia. Iklim berubah, Black plague, dan meningkatnya peperangan serta bencana kelaparan yang menandai abad ini, tidak diragukan lagi juga menghambat pencarian filsafat secara umum.
Alkimia dijaga kehidupannya oleh orang semacam Nicolas Flamel, ia patut diperhitungkan karena ia adalah seorang di antara sedikit alkimiawan yang menulis pada saat sulit tersebut. Flamel yang hidup dari tahun 1330 sampai 1417 merupakan pembuat pola dasar (archetype) dari alkimia tahap selanjutnya.
Dia bukan seorang dari kalangan relijius sebagaimana kebanyakan pendahulunya, Dan seluruh ketertarikannya pada subjek seputar pencarian batu filsuf, di mana ia dianggap telah menemukannya; karya-karyanya banyak menghabiskan waktu dengan uraian proses dan reaksi-reaksi, tapi tidak pernah benar-benar memberikan rumus terjadinya transmutasi. Kebanyakan karya-karyanya bertujuan mengumpulkan pengetahuan alkimia yang telah ada sebelumnya, khususnya yang berkaitan dengan batu filsuf.
Selama akhir zaman pertengahan (1300-1500) para alkimiawan kebanyakan seperti Flamel: mereka berkonsentrasi pada pencarian batu filsuf dan obat awet muda (elixir of youth), yang sekarang dipercayai sebagai dua hal terpisah. Kiasan yang samar-samar dan simbolisme dalam tulisan mengarah pada penafsiran yang bervariasi. Misalnya, kebanyakan alkimiawan pada periode ini menafsirkan pemurnian jiwa untuk mengartikan transmutasi timah menjadi emas (di mana mereka percaya bahwa air raksa elemental, atau 'quicksilver', memiliki peranan penting). Mereka ini dianggap sebagai tukang sihir oleh kebanyakan orang, dan seringkali disiksa karena praktik-praktik mereka.
Tycho Brahe, yang lebih dikenal dengan penyelidikannya tentang astronomi dan astrologi, juga seorang alkimiawan. Ia memiliki laboratorium yang dibangun untuk tujuan itu di institut observatorium.
Salah seorang yang namanya muncul di awal abad enambelas adalah Heinrich Cornelius Agrippa. Alkimiawan ini percaya bahwa dirinya adalah seorang ahli sihir, dalam arti sebenarnya merasa bahwa dirinya mampu memanggil makhluk gaib. Pengaruhnya tidak begitu berarti, tetapi seperti halnya Flamel, ia menghasilkan tulisan-tulisan yang menjadi acuan para alkimiawan tahun-tahun sesudahnya. Sekali lagi seperti halnya Flamel, ia berbuat banyak untuk mengubah alkimia dari filsafat yang sifatnya mistis menjadi magis okultis.
Ia meneruskan filosofi para alkimiawan terdahulu, termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan eksperimental, numerologi dsb., tapi ia menambahkan teori magis, yang mana ini menguatkan ide alkimia sebagai keyakinan okultis. Meskipun demikian, Agrippa tetaplah seorang Kristen, walaupun pandangannya seringkali mengalami konflik dengan gereja.
Alkimia dan Eropa Renaissance, Modern:
Alkimia Eropa terus berlanjut seperti ini hingga terbitnya Zaman Renaisans. Era ini juga menyaksikan menjamurnya penipu yang menggunakan tipuan kimiawi dan sulap untuk "mendemonstrasikan" transmutasi logam biasa menjadi emas, atau yang mengaku memiliki pengetahuan rahasia yang — dengan modal awal "sedikit" — pasti akan mencapai tujuan tersebut.
Nama terpenting pada masa ini adalah Philippus Aureolus Paracelsus (Theophrastus Bombastus vonHohenheim (FMA gan ), 1493–1541) yang mencetak alkimia menjadi bentuk baru, menolak sebagian okultisme yang telah bertimbun selama bertahun-tahun, mempromosikan penggunaan pengamatan dan eksperimen untuk mempelajari tubuh manusia. Ia menolak tradisi Gnotisisme, tetapi mempertahankan sebagian besar filsafat Hermetis, neo-Platonis, dan Pythagorean; namun, ilmu Hermetis memuat begitu banyak teori Aristotelian sehingga penolakannya terhadap Gnotisisme hampir tak ada artinya. Khususnya, Paracelsus menolak teori-teori sihir Agrippa dan Flamel. Ia tak menganggap dirinya seorang penyihir, dan mengecam orang-orang yang mengaku demikian.
Paracelsus merintis penggunaan zat kimia dan mineral dalam bidang kedokteran, dan menulis "Banyak orang berkata bahwa alkimia bertujuan membuat emas dan perak. Bagiku, tujuan alkimia bukan itu, melainkan untuk mempelajari kebaikan dan kekuatan yang terkandung dalam obat". Pandangan hermetisnya adalah bahwa penyakit dan kesehatan dalam tubuh bergantung pada keselarasan antara manusia si mikrokosm dan Alam si makrokosm. Ia memakai pendekatan yang berbeda dengan para pendahulunya, yakni menggunakan analogi ini bukan dalam rangka pemurnian-jiwa, tetapi dengan maksud bahwa manusia harus memiliki keseimbangan mineral tertentu dalam tubuhnya, dan bahwa penyakit-penyakit tubuh tertentu dapat disembuhkan dengan obat tertentu. Meskipun upayanya mengobati penyakit dengan obat seperti air raksa mungkin tampak keliru dari sudut pandang modern, gagasan dasarnya tentang obat kimiawi ternyata bertahan diuji waktu.
Di Inggris, topik alkimia dalam masa ini sering dikaitkan dengan Dokter John Dee (13 Juli 1527 – Desember 1608), yang lebih dikenal sebagai astrolog, kriptografer, dan "konsultan ilmiah" umum bagi Ratu Elizabeth I. Dee dipandang sebagai ahli karya-karya Roger Bacon, dan cukup tertarik pada alkimia sehingga menulis buku tentang topik ini dengan pengaruh Kabala. Teman Dee, Edward Kelley — yang mengklaim bercakap-cakap dengan malaikat melalui bola kristal dan memiliki bubuk yang dapat mengubah air raksa menjadi emas — mungkin merupakan asal usul citra charlatan-alkimiawan yang banyak dikenal.
Di antara alkimiawan-alkimiawan lain pada masa ini, yang patut dicatat adalah Michal Sedziwój (Michael Sendivogius) (1566 - 1636), seorang alkimiawan berkebangsaan Polandia, filosof dan dokter, perintis ilmu kimia. Ia mengasumsikan bahwa udara mengandung oksigen, 170 tahun sebelum Scheele dan Priestley, dengan menghangatkan nitre (saltpetre). Dia menganggap gas yang dihasilkannya sebagai "minuman kehidupan".
Berakhirnya alkimia Barat disebabkan oleh bangkitnya sains modern, yang menekankan eksperimentasi yang setepat-tepatnya dan menganggap remeh "kebijaksanaan kuno". Meskipun benih peristiwa-peristiwa ini ditanam seawal abad ke-17, alkimia masih berjalan dengan baik selama dua ratusan tahun, dalam fakta ia mungkin telah mencapai titik terjauh (apogee)-nya pada abad 18. Akhir 1781 James Price menyatakan telah menghasilkan bubuk yang bisa men-transmutasi air raksa menjadi perak atau emas.
Robert Boyle (1627–1691), lebih dikenal dengan studinya tentang gas (cf. hukum Boyle) merintis metode ilmiah dalam penyelidikan kimiawi. Ia tidak memiliki asumsi apa-apa dalam eksperimennya dan ia menghimpun tiap data yang relevan; dalam sebuah eksperimen, Boyle akan mencatat tempat di mana eksperimen berlangsung, karakteristik angin, posisi matahari dan bulan, dan angka barometer, siapa tahu hal-hal tersebut terbukti relevan. Pendekatan ini suatu saat membawa pada pembentukan ilmu kimia modern pada abad 18 dan abad 19 , Berdasarkan penemuan revolusioner dari Lavoisier dan John Dalton — yang pada akhirnya menyediakan kerangka kerja yang logis, kuantitatif dan dapat diandalkan untuk memahami transmutasi materi, serta mengungkapkan kegagalan tujuan alkimia yang telah berlangsung lama seperti misalnya batu fisuf.
Sementara itu, alkimia Paracelsian menuntun pada pengembangan ilmu obat-obatan modern. Para eksperimentalis secara berangsur-angsur menemukan cara kerja tubuh manusia, seperti peredaran darah, dan pada suatu saat mengetahui bahwa banyak penyakit disebabkan oleh infeksi kuman atau kekurangan vitamin dan zat gizi alami. Didukung oleh perkembangan paralel dalam ilmu kimia organik, ilmu pengetahuan baru itu dengan mudahnya menggeser alkimia dari perannya di bidang medis, interpretif dan preskriptif, sekaligus mengurangi harapan terhadap obat/ramuan ajaib dan membeberkan ketidakefektifan dan bahkan kadar racun yang dimiliki obat semacam itu.
Maka, ketika ilmu pengetahuan dengan mantap berlanjut menguak tabir dan merasionalkan mesin waktu alam semesta, yeng dibangun pada metafisika materialistik-nya sendiri, Alkimia dicabut dari hubungannya dengan kimia dan medis — tapi masih terbebani olehnya. Alkimia berkurang menjadi sebuah sistem filsafat yang dianggap sulit dimengerti, lemah hubungannya dengan dunia material, ia mengalami nasib yang serupa dengan disiplin ilmu esoteris lainnya seperti Astrologi dan Kabbalah: dikeluarkan dari kurikulum, dihindari oleh para pendukung sebelumnya, diasingkan oleh para ilmuwan, dan pada umumnya dipandang sebagai lambang charlatanism dan takhayul.
Idealisme transmutasi zat dalam alkimia menjadi terkenal lagi pada abad ke-20 ketika para fisikawan mampu mengubah atom timah menjadi atom emas melalui reaksi nuklir. Namun, atom emas baru ini, karena merupakan isotop yang labil, hanya bertahan lima detik lalu terurai. Lebih belakangan, laporan mengenai transmutasi unsur atas-tabel — dengan cara elektrolisis atau kavitasi suara — menjadi pusat kontroversi fusi dingin (cold fusion) pada tahun 1989. Tak satu pun klaim-klaim ini dapat diduplikasi. Dalam kedua kasus ini, kondisi yang diperlukan berada jauh di luar jangkauan para ahli alkimia kuno.
Perkembangan ini bisa ditafsirkan sebagai bagian dari reaksi yang lebih luas di dalam intelektualisme Eropa melawan gerakan Romantik dari abad sebelumnya. Mungkin akan bijaksana untuk meneliti bagaimana sebuah disiplin ilmu yang pernah mendapat martabat intelektual dan material, lebih dari dua ribu tahun, dapat dengan mudahnya lenyap dari alam pemikiran Barat.Tuh, kan ? Sulit buat ngerti hal - hal tentang Alchemy. Seperti yang disinggung pada post - post sebelumnya, sejauh informasi yang ane dapatkan, bukan berarti kita tidak bisa mempelajari Alkimia. Hanya saja Fakultas Alkimia di Indonesia sejauh ini belum dapat ane temukan (Ya, iya namanya juga bukan Kurikulum wajib). Tapi kalau kita berkunjung keluar negeri yah, mungkin anda semua bakal nemuin Fakultas Alkimia seperti Paracelsus College, PON Seminar dan lain - lain. Namun bagi yang tidak memiliki biaya, kita masih bisa melakukan praktik Alkimia dengan membaca - baca buku Alkimia(Yang berisi pengetahuan Alkimia) bukan buku tentang Alkimia yang biasanya berisi pandangan - pandangan seseorang tentang Alkimia, hipotesis - hipotesis sejarah, tokoh - tokoh dll yang notabene tidak berisis pengetahuan Alkimia (biasanya dibaca oleh mereka para penikmat misteri dan konspirasi).
Bagi anda sekalian yang baru mendengar tentang Alkemia, tidak ada salahnya membaca buku Real Alchemy karya Robert A. Bartlett (Bukan Promo ya), tapi kalau anda memliki darah keturunan Mad Dog boleh kok dibaca langsung buku - buku Karya Paracelsus dan alkemis setelah Paracelsus yang susah dimengerti (tata bahasa kuno, mengandung simbolisme yang sulit dimengerti, anagram, dan permainan kata-kata), bahkan mengandung jebakan (kesalahan yang entah disengaja maupun tidak) yang ditujukan untuk orang yang awam alkimia (maksudnya bisa aja yang anda salah menafsirkan dan bukannya menghasilkan rumusan alkimia justru malah membuat nuklir aktif ).
1. Jelasnya anda harus bisa berbahasa Inggris, kalau anda gabisa berbahasa Inggris sampai Zimbabwe menjadi negara Adikuasa pun anda ga akan pernah ngerti apa maksud dari tulisan - tulisan dari buku itu
2. Mengenal istilah Reaksi - Reaksi dalam Kimia dan Fisika serta Penakarannya
3. Menghapal Planet - Planet dan Unsur Perlambangannya serta simbol - simbol planet, unsur dan 4 elemen, begitu juga tentang nama - nama operasi alkimia, dan materi - materinya.(pokoknya anda harus belajar menghafal )
4. Selanjutnya, sama seperti di sekolah, yaitu membaca teks - teks alkimia (yang banyak terdapat di internet), namun disarankan terlebih dahulu untuk membaca buku - buku modern tentang alkimia, yang biasanya sangat ramah terhadap pemula dan berisikan penjelasan - penjelasan pembuka bagi anda kaskuser yang awam.
5. Rintangan berikutnya (kalau berniat praktek) tentu saja adalah peralatan-peralatan (yang mungkin relatif mahal untuk masyarakat negara dunia ketiga/terkutuk?), secara proses - prosesnya membutuhkan paling tidak instrumen dasar laboratorium kimia berupa gelas-gelas/botol tahan panas (borosilicate) dan sumber panas konstan yang bisa dipakai (dinyalakan) sekitar 2 minggu sampai 1 bulan nonstop (pilih yang hemat listrik?)
6. Belum lagi bahan baku (khususnya wine, herbal nontropis, dan logam-logam) yang susah dicari/dibeli, bahkan saking “mahal”nya untuk ber-alkimia-ria sampai-sampai seorang alkemis menyarankan para alkemis wannabe untuk menikahi wanita kaya terlebih dahulu (hmm… ide bagus, betul?… ada referensi?). Karena itu lebih baik pelajari teorinya dulu sampai benar-benar hafal dan mengerti, tertanam jelas di dalam hati, baru laksanakan praktek setelah dana mencukupi (setelah “janda” mencukupi?) untuk menghindari kesalahan fatal (lebih baik salah saat teori daripada saat praktek) dan supaya tidak berakhir boros.
7. Terakhir, tentu saja, praktek, buku - buku modern biasanya disertai instruksi praktek (walaupun sifatnya informasional, dan penulis tidak bertanggung jawab atas penggunaan/penyalahgunaannya). Mulai dari yang paling gampang, paling aman, paling murah, dan yang paling dimengerti, supaya meminimalisir kegagalan, karena kegagalan dapat berarti fatal (bagi dompet atau bagi kesehatan sang pelajar).
Count St. Germain
Di tengah-tengah berkembangnya filsafat dan seni di Eropa pada tahun 1700an, muncul seorang pria misterius yang dipercaya mengetahui segalanya dan tidak pernah mati.
Pria tersebut adalah Comte de saint Germain atau Count St.Germain. Banyak legenda yang tercipta di sekeliling kehidupannya. Ada yang percaya kalau ia adalah manusia abadi yang telah berusia 2.000 tahun dan bahkan mengenal Yesus secara pribadi. Ada yang mengatakan kalau ia adalah reinkarnasi dari orang-orang besar seperti Plato atau Hesiod. Ada lagi yang percaya kalau ia adalah orang yang sama dengan Merlin, sang penyihir penasehat raja Arthur, dan banyak lagi.
Hanya sedikit yang bisa diketahui dari kehidupan St.Germain. Sebagian orang menyebutnya sebagai keturunan Yahudi Alsatian, Yahudi Portugis atau bahkan keturunan raja Portugis. Ia fasih dalam berbagai profesi yang dijalaninya: petualang, penemu, herbalis, alkemis, pianis, pemain biola dan komposer.
Ia memiliki banyak permata dan emas yang dibawanya kemana-mana. Dalam satu kesempatan, ia mengatakan kalau ia memiliki kemampuan untuk mengubah logam dasar menjadi emas dan mampu mengubah beberapa permata kecil menjadi satu permata yang lebih besar. Bukan hanya itu, ia bahkan juga mengklaim mampu mengubah batu biasa menjadi berlian.
Figurnya yang misterius membuatnya mendapatkan tempat yang begitu mulia di kalangan para penganut okultisme seperti Teosofi yang menjulukinya Master Rakoczi atau Master R yang merupakan salah satu dari para Master kebijakan kuno yang hidup abadi dan dipercaya memiliki kekuatan seperti dewa.
Ia pertama kali muncul ke publik pada tahun 1743 di London dan kemudian di Edinburgh pada tahun 1745 dimana kemudian ia ditangkap karena diduga sebagai mata-mata. Tidak ada satu orangpun yang mengetahui asal-usul atau keberadaannya sebelum tahun 1743. Ini membuat spekulasi mengenai identitasnya terus berkembang.
Horace Walpole, seorang penulis Inggris kenamaan yang kemudian menjadi temannya, menyinggungnya dalam sebuah surat yang ditulis pada tahun 1745:
"Pada hari itu, mereka menangkap seorang pria aneh bernama Count St.Germain. Ia sudah ada di kota itu selama dua tahun dan ia menolak untuk mengatakan siapa dia sebenarnya dan darimana dia berasal. Namun, ia mengakui kalau nama itu bukan nama aslinya. Ia juga bisa menyanyi dan bermain biola dengan sangat baik."
Ketika diadili, pengadilan tidak bisa menemukan bukti kalau ia adalah seorang mata-mata sehingga ia dilepaskan. Segera setelah itu, ia mendapatkan reputasi sebagai pemain biola yang hebat yang menjalani kehidupan seperti pertapa yang selibat (Tidak menikah).
Pada tahun 1746, ia menghilang dari publik begitu saja.
Count St.Germain - lukisan tahun 1745
12 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1758, ia muncul kembali di Versailles, Perancis. Pada tahun-tahun itu, ia berhasil masuk ke lingkungan istana dan menjadi teman dekat raja Louis XV. Ia juga sering memberikan nasihat mengenai pola makan yang sehat dan kadang memberikan ramuan awet muda kepada keluarga kerajaan. Konon ia mendapatkan pengaruhnya di hadapan raja Louis XV karena pernah mengubah beberapa batu permata kecil menjadi satu permata besar yang kemudian membuat nilainya bertambah.
Kepada beberapa orang yang mengenalnya, ia mengaku telah berusia ratusan tahun walaupun secara fisik ia masih terlihat seperti seorang pria berusia 40 tahun. Di Perancis, juga terungkap kalau ia menguasai banyak bahasa dan memiliki pengetahuan yang sangat luas mengenai sejarah. Pengaruh yang diciptakannya di Perancis cukup besar sehingga filsuf besar Voltaire pernah mengatakan kalau Count St.Germain adalah "pria yang tahu segalanya dan tidak pernah mati."
Alkimia Eropa terus berlanjut seperti ini hingga terbitnya Zaman Renaisans. Era ini juga menyaksikan menjamurnya penipu yang menggunakan tipuan kimiawi dan sulap untuk "mendemonstrasikan" transmutasi logam biasa menjadi emas, atau yang mengaku memiliki pengetahuan rahasia yang — dengan modal awal "sedikit" — pasti akan mencapai tujuan tersebut.
Nama terpenting pada masa ini adalah Philippus Aureolus Paracelsus (Theophrastus Bombastus vonHohenheim (FMA gan ), 1493–1541) yang mencetak alkimia menjadi bentuk baru, menolak sebagian okultisme yang telah bertimbun selama bertahun-tahun, mempromosikan penggunaan pengamatan dan eksperimen untuk mempelajari tubuh manusia. Ia menolak tradisi Gnotisisme, tetapi mempertahankan sebagian besar filsafat Hermetis, neo-Platonis, dan Pythagorean; namun, ilmu Hermetis memuat begitu banyak teori Aristotelian sehingga penolakannya terhadap Gnotisisme hampir tak ada artinya. Khususnya, Paracelsus menolak teori-teori sihir Agrippa dan Flamel. Ia tak menganggap dirinya seorang penyihir, dan mengecam orang-orang yang mengaku demikian.
Paracelsus merintis penggunaan zat kimia dan mineral dalam bidang kedokteran, dan menulis "Banyak orang berkata bahwa alkimia bertujuan membuat emas dan perak. Bagiku, tujuan alkimia bukan itu, melainkan untuk mempelajari kebaikan dan kekuatan yang terkandung dalam obat". Pandangan hermetisnya adalah bahwa penyakit dan kesehatan dalam tubuh bergantung pada keselarasan antara manusia si mikrokosm dan Alam si makrokosm. Ia memakai pendekatan yang berbeda dengan para pendahulunya, yakni menggunakan analogi ini bukan dalam rangka pemurnian-jiwa, tetapi dengan maksud bahwa manusia harus memiliki keseimbangan mineral tertentu dalam tubuhnya, dan bahwa penyakit-penyakit tubuh tertentu dapat disembuhkan dengan obat tertentu. Meskipun upayanya mengobati penyakit dengan obat seperti air raksa mungkin tampak keliru dari sudut pandang modern, gagasan dasarnya tentang obat kimiawi ternyata bertahan diuji waktu.
Di Inggris, topik alkimia dalam masa ini sering dikaitkan dengan Dokter John Dee (13 Juli 1527 – Desember 1608), yang lebih dikenal sebagai astrolog, kriptografer, dan "konsultan ilmiah" umum bagi Ratu Elizabeth I. Dee dipandang sebagai ahli karya-karya Roger Bacon, dan cukup tertarik pada alkimia sehingga menulis buku tentang topik ini dengan pengaruh Kabala. Teman Dee, Edward Kelley — yang mengklaim bercakap-cakap dengan malaikat melalui bola kristal dan memiliki bubuk yang dapat mengubah air raksa menjadi emas — mungkin merupakan asal usul citra charlatan-alkimiawan yang banyak dikenal.
Di antara alkimiawan-alkimiawan lain pada masa ini, yang patut dicatat adalah Michal Sedziwój (Michael Sendivogius) (1566 - 1636), seorang alkimiawan berkebangsaan Polandia, filosof dan dokter, perintis ilmu kimia. Ia mengasumsikan bahwa udara mengandung oksigen, 170 tahun sebelum Scheele dan Priestley, dengan menghangatkan nitre (saltpetre). Dia menganggap gas yang dihasilkannya sebagai "minuman kehidupan".
Keruntuhan Alkimia Barat
Berakhirnya alkimia Barat disebabkan oleh bangkitnya sains modern, yang menekankan eksperimentasi yang setepat-tepatnya dan menganggap remeh "kebijaksanaan kuno". Meskipun benih peristiwa-peristiwa ini ditanam seawal abad ke-17, alkimia masih berjalan dengan baik selama dua ratusan tahun, dalam fakta ia mungkin telah mencapai titik terjauh (apogee)-nya pada abad 18. Akhir 1781 James Price menyatakan telah menghasilkan bubuk yang bisa men-transmutasi air raksa menjadi perak atau emas.
Robert Boyle (1627–1691), lebih dikenal dengan studinya tentang gas (cf. hukum Boyle) merintis metode ilmiah dalam penyelidikan kimiawi. Ia tidak memiliki asumsi apa-apa dalam eksperimennya dan ia menghimpun tiap data yang relevan; dalam sebuah eksperimen, Boyle akan mencatat tempat di mana eksperimen berlangsung, karakteristik angin, posisi matahari dan bulan, dan angka barometer, siapa tahu hal-hal tersebut terbukti relevan. Pendekatan ini suatu saat membawa pada pembentukan ilmu kimia modern pada abad 18 dan abad 19 , Berdasarkan penemuan revolusioner dari Lavoisier dan John Dalton — yang pada akhirnya menyediakan kerangka kerja yang logis, kuantitatif dan dapat diandalkan untuk memahami transmutasi materi, serta mengungkapkan kegagalan tujuan alkimia yang telah berlangsung lama seperti misalnya batu fisuf.
Sementara itu, alkimia Paracelsian menuntun pada pengembangan ilmu obat-obatan modern. Para eksperimentalis secara berangsur-angsur menemukan cara kerja tubuh manusia, seperti peredaran darah, dan pada suatu saat mengetahui bahwa banyak penyakit disebabkan oleh infeksi kuman atau kekurangan vitamin dan zat gizi alami. Didukung oleh perkembangan paralel dalam ilmu kimia organik, ilmu pengetahuan baru itu dengan mudahnya menggeser alkimia dari perannya di bidang medis, interpretif dan preskriptif, sekaligus mengurangi harapan terhadap obat/ramuan ajaib dan membeberkan ketidakefektifan dan bahkan kadar racun yang dimiliki obat semacam itu.
Maka, ketika ilmu pengetahuan dengan mantap berlanjut menguak tabir dan merasionalkan mesin waktu alam semesta, yeng dibangun pada metafisika materialistik-nya sendiri, Alkimia dicabut dari hubungannya dengan kimia dan medis — tapi masih terbebani olehnya. Alkimia berkurang menjadi sebuah sistem filsafat yang dianggap sulit dimengerti, lemah hubungannya dengan dunia material, ia mengalami nasib yang serupa dengan disiplin ilmu esoteris lainnya seperti Astrologi dan Kabbalah: dikeluarkan dari kurikulum, dihindari oleh para pendukung sebelumnya, diasingkan oleh para ilmuwan, dan pada umumnya dipandang sebagai lambang charlatanism dan takhayul.
Pembuktian Alkimia pada masa kimia modern
Idealisme transmutasi zat dalam alkimia menjadi terkenal lagi pada abad ke-20 ketika para fisikawan mampu mengubah atom timah menjadi atom emas melalui reaksi nuklir. Namun, atom emas baru ini, karena merupakan isotop yang labil, hanya bertahan lima detik lalu terurai. Lebih belakangan, laporan mengenai transmutasi unsur atas-tabel — dengan cara elektrolisis atau kavitasi suara — menjadi pusat kontroversi fusi dingin (cold fusion) pada tahun 1989. Tak satu pun klaim-klaim ini dapat diduplikasi. Dalam kedua kasus ini, kondisi yang diperlukan berada jauh di luar jangkauan para ahli alkimia kuno.
Perkembangan ini bisa ditafsirkan sebagai bagian dari reaksi yang lebih luas di dalam intelektualisme Eropa melawan gerakan Romantik dari abad sebelumnya. Mungkin akan bijaksana untuk meneliti bagaimana sebuah disiplin ilmu yang pernah mendapat martabat intelektual dan material, lebih dari dua ribu tahun, dapat dengan mudahnya lenyap dari alam pemikiran Barat.Tuh, kan ? Sulit buat ngerti hal - hal tentang Alchemy. Seperti yang disinggung pada post - post sebelumnya, sejauh informasi yang ane dapatkan, bukan berarti kita tidak bisa mempelajari Alkimia. Hanya saja Fakultas Alkimia di Indonesia sejauh ini belum dapat ane temukan (Ya, iya namanya juga bukan Kurikulum wajib). Tapi kalau kita berkunjung keluar negeri yah, mungkin anda semua bakal nemuin Fakultas Alkimia seperti Paracelsus College, PON Seminar dan lain - lain. Namun bagi yang tidak memiliki biaya, kita masih bisa melakukan praktik Alkimia dengan membaca - baca buku Alkimia(Yang berisi pengetahuan Alkimia) bukan buku tentang Alkimia yang biasanya berisi pandangan - pandangan seseorang tentang Alkimia, hipotesis - hipotesis sejarah, tokoh - tokoh dll yang notabene tidak berisis pengetahuan Alkimia (biasanya dibaca oleh mereka para penikmat misteri dan konspirasi).
Bagi anda sekalian yang baru mendengar tentang Alkemia, tidak ada salahnya membaca buku Real Alchemy karya Robert A. Bartlett (Bukan Promo ya), tapi kalau anda memliki darah keturunan Mad Dog boleh kok dibaca langsung buku - buku Karya Paracelsus dan alkemis setelah Paracelsus yang susah dimengerti (tata bahasa kuno, mengandung simbolisme yang sulit dimengerti, anagram, dan permainan kata-kata), bahkan mengandung jebakan (kesalahan yang entah disengaja maupun tidak) yang ditujukan untuk orang yang awam alkimia (maksudnya bisa aja yang anda salah menafsirkan dan bukannya menghasilkan rumusan alkimia justru malah membuat nuklir aktif ).
Langkah - Langkah dasar untuk mempelajari Alkimia :
1. Jelasnya anda harus bisa berbahasa Inggris, kalau anda gabisa berbahasa Inggris sampai Zimbabwe menjadi negara Adikuasa pun anda ga akan pernah ngerti apa maksud dari tulisan - tulisan dari buku itu
2. Mengenal istilah Reaksi - Reaksi dalam Kimia dan Fisika serta Penakarannya
3. Menghapal Planet - Planet dan Unsur Perlambangannya serta simbol - simbol planet, unsur dan 4 elemen, begitu juga tentang nama - nama operasi alkimia, dan materi - materinya.(pokoknya anda harus belajar menghafal )
4. Selanjutnya, sama seperti di sekolah, yaitu membaca teks - teks alkimia (yang banyak terdapat di internet), namun disarankan terlebih dahulu untuk membaca buku - buku modern tentang alkimia, yang biasanya sangat ramah terhadap pemula dan berisikan penjelasan - penjelasan pembuka bagi anda kaskuser yang awam.
5. Rintangan berikutnya (kalau berniat praktek) tentu saja adalah peralatan-peralatan (yang mungkin relatif mahal untuk masyarakat negara dunia ketiga/terkutuk?), secara proses - prosesnya membutuhkan paling tidak instrumen dasar laboratorium kimia berupa gelas-gelas/botol tahan panas (borosilicate) dan sumber panas konstan yang bisa dipakai (dinyalakan) sekitar 2 minggu sampai 1 bulan nonstop (pilih yang hemat listrik?)
6. Belum lagi bahan baku (khususnya wine, herbal nontropis, dan logam-logam) yang susah dicari/dibeli, bahkan saking “mahal”nya untuk ber-alkimia-ria sampai-sampai seorang alkemis menyarankan para alkemis wannabe untuk menikahi wanita kaya terlebih dahulu (hmm… ide bagus, betul?… ada referensi?). Karena itu lebih baik pelajari teorinya dulu sampai benar-benar hafal dan mengerti, tertanam jelas di dalam hati, baru laksanakan praktek setelah dana mencukupi (setelah “janda” mencukupi?) untuk menghindari kesalahan fatal (lebih baik salah saat teori daripada saat praktek) dan supaya tidak berakhir boros.
7. Terakhir, tentu saja, praktek, buku - buku modern biasanya disertai instruksi praktek (walaupun sifatnya informasional, dan penulis tidak bertanggung jawab atas penggunaan/penyalahgunaannya). Mulai dari yang paling gampang, paling aman, paling murah, dan yang paling dimengerti, supaya meminimalisir kegagalan, karena kegagalan dapat berarti fatal (bagi dompet atau bagi kesehatan sang pelajar).
Orang - Orang yang diduga adalah Seorang Alkemis
Count St. Germain
Di tengah-tengah berkembangnya filsafat dan seni di Eropa pada tahun 1700an, muncul seorang pria misterius yang dipercaya mengetahui segalanya dan tidak pernah mati.
Pria tersebut adalah Comte de saint Germain atau Count St.Germain. Banyak legenda yang tercipta di sekeliling kehidupannya. Ada yang percaya kalau ia adalah manusia abadi yang telah berusia 2.000 tahun dan bahkan mengenal Yesus secara pribadi. Ada yang mengatakan kalau ia adalah reinkarnasi dari orang-orang besar seperti Plato atau Hesiod. Ada lagi yang percaya kalau ia adalah orang yang sama dengan Merlin, sang penyihir penasehat raja Arthur, dan banyak lagi.
Hanya sedikit yang bisa diketahui dari kehidupan St.Germain. Sebagian orang menyebutnya sebagai keturunan Yahudi Alsatian, Yahudi Portugis atau bahkan keturunan raja Portugis. Ia fasih dalam berbagai profesi yang dijalaninya: petualang, penemu, herbalis, alkemis, pianis, pemain biola dan komposer.
Ia memiliki banyak permata dan emas yang dibawanya kemana-mana. Dalam satu kesempatan, ia mengatakan kalau ia memiliki kemampuan untuk mengubah logam dasar menjadi emas dan mampu mengubah beberapa permata kecil menjadi satu permata yang lebih besar. Bukan hanya itu, ia bahkan juga mengklaim mampu mengubah batu biasa menjadi berlian.
Figurnya yang misterius membuatnya mendapatkan tempat yang begitu mulia di kalangan para penganut okultisme seperti Teosofi yang menjulukinya Master Rakoczi atau Master R yang merupakan salah satu dari para Master kebijakan kuno yang hidup abadi dan dipercaya memiliki kekuatan seperti dewa.
Ia pertama kali muncul ke publik pada tahun 1743 di London dan kemudian di Edinburgh pada tahun 1745 dimana kemudian ia ditangkap karena diduga sebagai mata-mata. Tidak ada satu orangpun yang mengetahui asal-usul atau keberadaannya sebelum tahun 1743. Ini membuat spekulasi mengenai identitasnya terus berkembang.
Horace Walpole, seorang penulis Inggris kenamaan yang kemudian menjadi temannya, menyinggungnya dalam sebuah surat yang ditulis pada tahun 1745:
"Pada hari itu, mereka menangkap seorang pria aneh bernama Count St.Germain. Ia sudah ada di kota itu selama dua tahun dan ia menolak untuk mengatakan siapa dia sebenarnya dan darimana dia berasal. Namun, ia mengakui kalau nama itu bukan nama aslinya. Ia juga bisa menyanyi dan bermain biola dengan sangat baik."
Ketika diadili, pengadilan tidak bisa menemukan bukti kalau ia adalah seorang mata-mata sehingga ia dilepaskan. Segera setelah itu, ia mendapatkan reputasi sebagai pemain biola yang hebat yang menjalani kehidupan seperti pertapa yang selibat (Tidak menikah).
Pada tahun 1746, ia menghilang dari publik begitu saja.
Count St.Germain - lukisan tahun 1745
12 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1758, ia muncul kembali di Versailles, Perancis. Pada tahun-tahun itu, ia berhasil masuk ke lingkungan istana dan menjadi teman dekat raja Louis XV. Ia juga sering memberikan nasihat mengenai pola makan yang sehat dan kadang memberikan ramuan awet muda kepada keluarga kerajaan. Konon ia mendapatkan pengaruhnya di hadapan raja Louis XV karena pernah mengubah beberapa batu permata kecil menjadi satu permata besar yang kemudian membuat nilainya bertambah.
Kepada beberapa orang yang mengenalnya, ia mengaku telah berusia ratusan tahun walaupun secara fisik ia masih terlihat seperti seorang pria berusia 40 tahun. Di Perancis, juga terungkap kalau ia menguasai banyak bahasa dan memiliki pengetahuan yang sangat luas mengenai sejarah. Pengaruh yang diciptakannya di Perancis cukup besar sehingga filsuf besar Voltaire pernah mengatakan kalau Count St.Germain adalah "pria yang tahu segalanya dan tidak pernah mati."
Tahun 1760, ia meninggalkan Perancis menuju Inggris karena salah seorang pejabat kerajaan Perancis bernama Duke of Choiseul yang iri melihat kedekatannya dengan raja memerintahkan penangkapannya dengan tuduhan penipuan.
Dari Inggris, ia pergi ke Rusia dan berdiam sementara di St.Petersburg. Kebetulan, pada saat yang sama, militer Rusia melakukan kudeta terhadap raja dan menempatkan Catherine the Great sebagai ratu. Ini membuat banyak orang percaya kalau St.Germain sebenarnya memiliki andil dalam peristiwa itu.
Tahun berikutnya, ia muncul di Belgia, membeli sebidang tanah dan hidup dengan nama alias "Surmont". Kemudian, ia menawarkan metode pewarnaan kain dan ramuan minyaknya kepada pihak kerajaan. Dalam proses penawaran ini, ia bertemu dengan salah seorang menteri Belgia bernama Karl Cobenz.
Dari Inggris, ia pergi ke Rusia dan berdiam sementara di St.Petersburg. Kebetulan, pada saat yang sama, militer Rusia melakukan kudeta terhadap raja dan menempatkan Catherine the Great sebagai ratu. Ini membuat banyak orang percaya kalau St.Germain sebenarnya memiliki andil dalam peristiwa itu.
Tahun berikutnya, ia muncul di Belgia, membeli sebidang tanah dan hidup dengan nama alias "Surmont". Kemudian, ia menawarkan metode pewarnaan kain dan ramuan minyaknya kepada pihak kerajaan. Dalam proses penawaran ini, ia bertemu dengan salah seorang menteri Belgia bernama Karl Cobenz.
Kepada Cobenz, Count mengungkapkan kalau ia adalah seorang keturunan raja. Belakangan, Cobenz mengaku kalau ia telah melihat count mengubah segumpal logam menjadi emas. Ini cukup menarik karena seorang menteri kerajaan tidak biasa mengucapkan sesuatu yang bohong.
Cassanova yang termashyur juga pernah melihat Count mengubah logam menjadi emas. Suatu hari, ia mengunjungi laboratorium Count dan memberikannya sebuah koin logam biasa. Tidak lama kemudian, ia melihat koin logam itu telah berubah menjadi emas.
Sekarang, orang mulai mengenalnya sebagai seorang alkemis yang juga keturunan raja. Namun, segala sesuatu mengenai pria ini masih kabur dan misterius.
Lalu, ia menghilang kembali selama 11 tahun.
Tahun 1774, ia muncul kembali di Bavaria dengan menggunakan gelar Count of Tsarogy. Di sini ia berjumpa dengan salah satu bangsawan Bavaria bernama Freherr Reinhard Gemmingen.
Dua tahun kemudian ia muncul di Jerman dan menyebut dirinya sebagai Count Welldone dan sekali lagi menawarkan resep-resep kosmetik, anggur, minuman, pengobatan tulang, kertas dan gading kepada kerajaan.
Di hadapan raja Frederick, ia mengaku sebagai anggota Freemasonry dan mengaku memiliki kemampuan mengubah logam menjadi emas. Ia diberi tempat tinggal di kediaman pangeran Karl yang juga anggota Freemasonry dan di tempat itu ia mempelajari obat-obatan herbal untuk diberikan kepada orang-orang miskin. Ia tinggal di tempat ini hingga tahun yang secara resmi dianggap sebagai tahun kematiannya.
Walaupun telah dikenal di banyak kalangan, kehidupan Count masih diselubungi oleh misteri.
Pernah suatu hari, Count berkata kepada sekumpulan teman-temannya: "Siapa di antara kalian yang pernah melihat saya makan?"
Tidak ada satupun yang mengangkat tangan. Mereka memang sering melihat Count duduk di meja makan bersama teman-temannya, namun mereka mengakui kalau Count tidak pernah menyentuh makanan yang tersaji.
Orang-orang disekelilingnya menjadi semakin yakin kalau Count telah menemukan rahasia Elixir of Life. Kepada mereka, Count juga sering mengatakan kalau ia telah berumur ratusan tahun dan pernah tinggal di masa Kaldea kuno dan mengetahui rahasia para master dari Mesir.
Dalam kesempatan yang lain, Count sedang duduk di sebuah meja bersama teman-temannya sambil menceritakan sejarah dunia ratusan tahun yang lampau. Untuk sesaat, ia terdiam, lalu menoleh kepada pelayannya sambil bertanya: "Adakah yang saya lewatkan?"
Tanpa diduga, pelayan itu berkata: "Tuan, anda lupa kalau saya baru tinggal bersama anda selama 500 tahun sehingga saya tidak hadir pada saat peristiwa itu. Mungkin pendahulu saya yang mengetahuinya."
Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang luar biasa di Jerman, sebuah kejadian tak terduga terjadi pada tahun 1784.
Pada tanggal 27 Februari 1784, Count St.Germain sedang berada di kastilnya di Eckenform ketika ia disebut menderita pneumonia dan meninggal dunia. Kematiannya disaksikan secara langsung oleh dokter yang merawatnya.
Reputasinya yang dikenal sebagai seorang alkemis membuat banyak orang menyangsikan kalau Count sudah meninggal karena di Eckenform sendiri tidak pernah ditemukan satupun batu nisan bertuliskan namanya.
Mungkin ada benarnya juga kalau tahun itu count belum meninggal karena ada sebuah dokumen resmi Freemasonry yang menyebutkan kalau pada tahun 1785, Freemasonry cabang Perancis telah memilih dia sebagai perwakilan mereka di sebuah konvensi yang diadakan pada tahun itu bersama dengan Mesmer, Saint-Martin dan Cagliostro (yang juga dipercaya sebagai alkemis dan hidup abadi).
Count St.Germain - Lukisan tahun 1784
Tidak sampai disitu, pada tahun 1789, St.Germain disebut muncul di istana Rusia dan disambut sang ratu sendiri. Lalu pada tahun 1789, 5 tahun setelah kematiannya, Comtesse d'Adhemar mengaku berjumpa dengannya dan mengalami percakapan yang cukup panjang di Gereja Recollets.
Pada Comtesse, ia memberikan ramalannya kalau ratu Marie Antoinette akan tewas dengan mengenaskan dan keluarga kerajaan akan hancur berantakan. Setelah itu berkata kalau ia akan pergi ke Swedia untuk menyelidiki raja Gustavius III dan mencoba untuk mencegah terjadinya sebuah kejahatan besar.
Menurut Sang Comtesse, wajah dan penampilan St.Germain terlihat seperti seorang yang baru berusia 30 tahun lebih.
Lalu, pada tahun 1790, Franz Graeffer, seorang temannya yang berkebangsaan Austria mengaku menerima sebuah surat dari Count yang berbunyi:
"Besok malam, aku akan pergi lagi. Aku dibutuhkan di Konstantinopel, lalu aku akan ke Inggris untuk mempersiapkan dua penemuan yang akan kalian miliki di abad berikutnya, yaitu kereta api dan kapal uap. Pada akhir abad ini, aku akan menghilang dari Eropa dan pergi menyepi ke Himalaya. Aku akan berisitirahat, aku harus beristirahat."
Tidak ada yang tahu pasti kemana ia pergi pada tahun berikutnya. Kemunculannya yang berikutnya diketahui dari catatan Comtesse d'Adhemar yang sebelumnya telah berjumpa dengannya pada tahun 1789.
Pada tahun 1821, Comtesse d'Adhemar menulis:
"Setiap kali aku melihatnya, aku selalu takjub. Aku berjumpa dengannya ketika ratu dibunuh pada tanggal 18 di Brumaire dan aku kembali berjumpa dengannya satu hari setelah kematian duke of d'Enghien pada Januari 1815 dan juga sekali lagi pada malam kematian Duke de Berry."
Pada tahun 1821 itu, Mademoiselle de Genlis juga mengaku berjumpa dengan St.Germain selama negosiasi di Winna. Kesaksian ini diteguhkan oleh Comte de Chalons.
Apakah benar St.Germain masih hidup pada tahun itu?
Banyak orang yang mempercayai hal itu.
Pada tahun setelah tahun 1821, seorang penulis Inggris bernama Albert Vandam mengatakan kalau ia pernah berjumpa dengan seorang pria misterius yang mirip dengan Comte de Saint Germain.
"Ia menyebut dirinya Mayor Fraser. Ia hidup sendiri dan kaya raya. Ia juga memiliki pengetahuan luas mengenai Eropa dan dalam beberapa kesempatan, ia berkata kalau ia mengenal Nero dan telah berbicara dengan Dante."
Sama seperti St.Germain, Mayor Fraser juga terlihat seperti seorang pria berusia 40 tahun dan menghilang begitu saja pada tahun-tahun berikutnya. Menariknya, pada tahun 1820, seseorang bernama Mayor Fraser menerbitkan sebuah buku yang menceritakan mengenai perjalanannya ke Himalaya dimana ia berhasil mencapai Gangotri, yaitu sumber paling suci dari sungai Ganga dan mandi di sana. Ini sesuai dengan surat Count yang ditulis untuk sahabatnya. Jadi, banyak yang percaya kalau Mayor Fraser sesungguhnya adalah Count sendiri.
ada tahun 1835, Count disebut muncul lagi di Paris, lalu di Milan tahun 1867 dan di Mesir pada tahun-tahun berikutnya. Napoleon bahkan disebut pernah bertemu dengan dirinya dan masih menyimpan catatan mengenainya.
Setelah itu, salah seorang pemimpin Teosofi bernama Annie Besant mengklaim kalau ia bertemu St.Germain pada tahun 1896 dimana sang guru mengajarkan kepadanya berbagai hikmat.
Anggota Teosofi lainnya bernama CW.Leadbeater juga mengklaim bertemu dengan St.Germain di Roma tahun 1926. Leadbeater mengatakan kalau saat itu, St Germain menunjukkan kepadanya sebuah jubah yang pernah dipakai salah seorang kaisar romawi.
Anggota Teosofi lainnya bernama Guy ballard juga mengaku pernah berjumpa dengan Count. Namun, kesaksiannya kali ini sedikit berbeda karena Ballard mengklaim kalau Count memperkenalkannya dengan para pengunjung dari Venus. Ballard bahkan menulis sebuah buku mengenai hal ini.
Jika melihat dari kehidupannya, maka sebenarnya tidak ada yang aneh dari Count St.Germain. Ia mungkin memang keturunan raja yang memiliki banyak keahlian, suka menghilang selama beberapa tahun dan memiliki kharisma yang luar biasa. Satu-satunya misteri yang ada padanya hanyalah rumor yang menyebutkan kalau ia adalah seorang alkemis yang mampu mengobah logam dasar menjadi emas (Philosopher's Stone) dan telah menemukan rahasia umur panjang (elixir of life).
Annie Besant pernah mengadakan penyelidikan mengenainya dan ia percaya kalau St.Germain adalah anak dari pangeran Transylvania bernama Francis Racoczi yang diasingkan oleh kerajaan. Pendapat ini dikonfirmasikan oleh fakta kalau salah satu dari anak-anak pangeran Racoczi yang dibesarkan oleh pihak keluarga kerajaan Austria pergi meninggalkan kerajaan Austria. Penulis lain bernama Raymond Bernard percaya kalau Count sebenarnya adalah Francis Bacon yang juga dipercayainya sebagai tokoh yang menulis dengan menggunakan nama Shakespeare.
Tapi, tetap saja tidak ada yang aneh dengan hal itu.
Beberapa peneliti yang skeptis percaya kalau legenda Count terlalu dibesar-besarkan. Rumor-rumor mengenai kehebatannya bisa saja tersebar akibat isu yang dihembuskan banyak orang yang mengenalnya.
Misalnya, tidak berapa lama setelah tahun kematiannya, seorang komedian Inggris bernama Milord Gower mulai menirukan karakter Count dalam aksi panggungnya. Tidak bisa disangkal kalau ia lebih menekankan pada sisi satir dibanding fakta, misalnya dengan mengatakan kalau Count adalah seorang alkemis yang hidup abadi dan bahkan mengenal Yesus.
Rumor seperti ini mungkin telah menyebabkan pengkultusan terhadap pribadi Count. Pengkultusan ini kemudian dinyalakan kembali oleh kaum esoterik yang anggota-anggotanya menulis banyak buku mengenai pria ini. Namun, sama seperti tokoh misterius lainnya di dalam sejarah, kita mungkin tidak akan pernah bisa memastikan identitasnya, entahkah ia seorang penipu, mata-mata, pesulap atau benar-benar seorang alkemis yang telah menemukan rahasia Elixir of Life.Nicholas Flamel
Nicolas Flamel (1330-1417) merupakan seorang ahli kimia berkebangsaan Perancis. Dia menuliskan buku ahli kimia terpopulernya ialah Livre des figures hiéroglypiques di Paris pada tahun 1612 dan Exposition of the Hieroglyphicall Figures di London pada tahun 1624. Dia dilahirkan di Paris pada tahun 1330. Dia merupakan kaligrafer dan penulis buku di Universitas Paris. Menurut kata pengantar untuk karyanya dan rincian tambahan yang telah terkumpul sejak publikasi, Flamel adalah yang paling dicapai para ahli alkimia Eropa dan telah belajar seni dari converso Yahudi di jalan ke Santiago de Compostela.
Seperti Harkness Debora mengatakan, "pikir Lainnya Flamel adalah penciptaan abad ke-17 editor dan penerbit putus asa untuk menghasilkan edisi cetak modern risalah alkimia dianggap kuno kemudian beredar dalam naskah untuk publik membaca avid." Penegasan modern yang banyak referensi untuk dia atau tulisannya muncul di teks-teks alkemis abad ke-16, bagaimanapun, tidak dikaitkan dengan sumber tertentu. Inti dari reputasi adalah bahwa ia berhasil di dua tujuan magis alkimia - bahwa ia membuat Batu Bertuah, yang mengubah timah menjadi emas, dan bahwa ia dan istrinya Perenelle kebakaan dicapai melalui "Elixir of Life"
Nicolas dan istrinya, Perenelle adalah Katolik Roma yang taat. Kemudian dalam kehidupan mereka dicatat untuk kekayaan mereka dan filantropi serta beberapa interpretasi tentang alkimia modern. Sebuah buku alkimia, yang diterbitkan di Paris pada 1613 sebagai tokoh Livre des hiéroglypiques dan di London pada tahun 1624 sebagai Pameran dari Angka Hieroglyphical ini disebabkan Flamel. Ini adalah kumpulan desain konon ditugaskan oleh Flamel untuk timpanum di des Cimetière Innocents di Paris, lama menghilang pada saat karya tersebut dipublikasikan. Dalam pengantar penerbit pencarian Flamel untuk batu filsuf digambarkan.
Menurut pendahuluan yang, Flamel telah membuat itu sebagai karya seumur hidupnya untuk memahami teks buku 21-halaman misterius ia dibeli. Pendahulunya mengklaim bahwa sekitar 1378, ia pergi ke Spanyol untuk bantuan dengan terjemahan. Di perjalanan pulang, ia melaporkan bahwa ia bertemu dengan seorang bijak, yang mengidentifikasi buku Flamel sebagai salinan Kitab asli dari Abraham Mage. Dengan pengetahuan ini, selama beberapa tahun ke depan, Flamel dan istrinya diduga cukup diterjemahkan dari buku yang berhasil mereplikasi resep untuk Batu Bertuah, memproduksi perak pertama di 1382, dan kemudian emas.
Flamel hidup ke selama 80an dan pada 1410 dirancang batu nisan sendiri, yang diukir dengan tanda-tanda dan simbol misterius alkimia. Batu nisan yang diawetkan di Musée de Cluny di Paris dan catatan hidupnya yang legendaris. Selain buku misterius dari 21 halaman penuh dengan simbol-simbol alkimia dikodekan dan menulis misterius, ia juga mungkin telah mempelajari beberapa teks dalam bahasa Ibrani. Minat Flamel dihidupkan kembali di abad ke-19 dan Victor Hugo menyebutkan namanya dalam The Bongkok dari Notre Dame. Eric Satie tertarik oleh Flamel. Dia telah mencapai status legendaris dalam lingkaran alkimia oleh abad ke-17 pertengahan dengan referensi dalam jurnal Isaac Newton untuk "Caduceus, Dragons dari Flammel".
Nicholas Flamel sendiri (Jika pernah membaca novel Harry Potter yang pertama, Harry Potter and Sorcerer Stone. Anda juga akan mendapati nama ini, dengan deskripsi sosok yang persis sama—sebagai seorang alkemis, sekaligus pencipta ramuan untuk memperpanjang usia dan batu bertuah) memang pernah hidup. Ia benar-benar ada. Ia lahir di Paris pada tanggal 28 September 1330. Flamel dikenal sebagai alkemis yang terkenal pada masanya. Menurut catatan sejarah, beliau meninggal pada tahun 1418. Walau pada saat dibongkar ternyata makamnya kosong.
Sampai saat ini, bekas kediaman Sang Alkemis masih ada di Paris. Di suatu jalan bernama Rue du Montmorency kita akan mendapati sebuah bangunan bertanda AUBURGE NICOLAS FLAMEL. Rumah tersebut, yang pernah didiami oleh Flamel dan istrinya Perenelle Flamel, merupakan salah satu bangunan tertua di Paris. Rumah tersebut sampai saat ini dilestarikan oleh para penduduk Paris sebagai wujud terima kasih pada Flamel atas pengabdiannya untuk ilmu pengetahuan. Di Paris bahkan juga ada jalan yang menyandang nama Flamel dan istrinya, yaitu Rue Nicolas Flamel dan Rue Perenelle.
Ini adalah rumah batu tertua di kota tersebut. Ada sebuah prasasti tua di dinding:. Kami, ploughmen dan perempuan yang hidup di teras rumah ini, dibangun pada 1407, diminta untuk mengatakan setiap harinya "Bapa Kami" dan "Ave Maria" Tuhan berdoa bahwa rahmat-Nya mengampuni orang berdosa yang miskin dan mati.
Fulcanelli
---Kenneth Johnson, 1992---
Alchemy adalah sebuah ilmu pengetahuan kuno yang berfokus pada usaha untuk mengubah logam dasar menjadi emas (transmutasi), penelitian mengenai Elixir of Life (ramuan hidup abadi) dan pencapaian hikmat tingkat tinggi. Praktek ini telah dilakukan oleh penduduk masa purba, mulai dari Mesir, India, Mesopotamia, Eropa hingga Cina dan Jepang.
Salah satu aspek yang terpenting dari ilmu Alchemy adalah Philospher's Stone, sebuah substansi yang dipercaya mampu mengubah logam dasar menjadi emas. Substansi ini telah dicari oleh para alchemist selama ribuan tahun tanpa hasil.
Selama ini, Alchemy masih digolongkan kedalam Pseudo Science karena dianggap tidak mengikuti kaidah sains yang baku dan tidak ada bukti ilmiah yang dihasilkan. Bahkan Isaac Newton yang pernah menulis beberapa bahasan soal alchemy juga tidak berhasil memecahkan misteri Philospher's Stone atau Elixir of Life. Tentu saja, ini membuat ilmu alchemy tergantung-gantung diantara fiksi dan realita.
Namun, pada awal abad ke-20, di Paris, beredar sebuah rumor kalau di kota itu tinggal seorang alchemist yang hidup secara rahasia dan telah berhasil memecahkan rahasia kuno transmutasi, dengan kata lain, rahasia Philosopher's Stone sendiri. Alchemist ini dikenal dengan nama Fulcanelli.
Rumor ini berasal dari Eugene Leon Canseliet (1899-1982) dan sahabatnya Jean-Julien Champagne (1877-1932) yang mengaku sebagai murid langsung dari Fulcanelli. Kedua orang ini juga pendiri dari kelompok esoterik rahasia Perancis bernama Les Freres d'Heliopolis atau The Brotherhood of Heliopolis.
Eugene Canseliet
Jean-Julien Champagne
Fulcanelli yang berarti "The Fire of the Sun" disebut sebagai master yang memimpin kelompok kecil tersebut.
Menurut Canseliet, Fulcanelli adalah seorang pria yang sudah berumur, kaya raya dan memiliki pengetahuan yang luar biasa dalam seni, arsitektur dan bahasa. Ia juga disebut sebagai alchemist sejati yang telah memperoleh pengetahuan mengenai rahasia Philosopher's Stone. Namun, identitas pria misterius ini masih dirahasiakan dari anggota perkumpulan lainnya. Hanya Canseliet dan Champagne yang pernah bertemu muka dengannya.
Para anggota yang tidak pernah berjumpa dengan master alchemist ini mulai meragukan keberadaannya, sampai suatu hari, sebuah buku misterius muncul.
Buku itu muncul di Paris pada tahun 1926 dengan judul "Le Mystere des Cathedrales" atau 'The Mystery of Cathedrals" dan hanya dicetak sebanyak 300 eksemplar.
Konon, siapa saja yang membaca buku itu dengan cara yang tepat akan mengetahui rahasia transmutasi seperti mengubah timah menjadi emas. Nama pengarang yang tercantum di sampul depan buku itu hanya satu kata, Fulcanelli.
36 Ilustrasi pada buku itu dibuat oleh Jean Julien Champagne dan kata pengantarnya ditulis oleh Eugene Canseliet. Canseliet mengaku telah mengatur penerbitan buku itu atas permintaan pribadi dari Fulcanelli.
Dengan terbitnya buku ini, keraguan akan keberadaan tokoh misterius itu sirna karena buku itu mengandung tingkat intelektualitas yang luar biasa.
Buku ini berisi topik mengenai interpretasi simbol pada berbagai katedral Gothic dan bangunan lain di Eropa. Menurut isi buku ini, bangunan-bangunan Gothic tersebut menyembunyikan instruksi alchemy dalam simbol-simbol yang terukir di bangunan itu.
Walaupun topik ini sudah pernah disinggung oleh banyak penulis sebelumnya, namun tidak pernah ada orang yang menulis dengan cara yang begitu jelas dan spesifik. Dengan demikian Fulcanelli mulai menjadi pusat perhatian di kalangan para alchemist dan okultis di paris.
Pada tahun 1930, buku kedua kembali muncul. Judulnya "Les Demeures Philosophales" atau 'The Dwellings of the Philosophers". Sekali lagi, Canseliet menulis kata pengantarnya dan Champagne membuat ilustrasinya.
Canseliet mengaku kalau Fulcanelli sebenarnya juga telah membuat buku ketiga yang berjudul "Finis Gloria Mundi" atau "The End of Worldly Glory". Namun, entah mengapa, Fulcanelli memerintahkan untuk menghancurkan naskahnya sebelum diterbitkan.
Menurut Canseliet, Fulcanelli pernah memberikan kepadanya sejumlah bubuk alchemy yang disebut "powder of projection" pada tahun 1922. Dengan bubuk ini, Fulcanelli mengijinkan Canseliet mengubah empat ons timah menjadi emas.
Transmutasi
Kesaksian Canseliet mengenai kemampuan Fulcanelli mengubah logam menjadi emas diteguhkan oleh Albertus Spagyricus.
Dalam bukunya yang berjudul "The Alchemist of the Rocky Mountains", ia mengatakan kalau Fulcanelli pernah mengubah setengah pon timah menjadi emas dan mengubah empat ons perak menjadi uranium di tahun 1937.
Peristiwa transmutasi ini terjadi di Castel de Lere, dekat Borges dan disebut-sebut disaksikan oleh Pierre de Lesseps bersama dua ahli fisika, seorang ahli kimia dan seorang ahli geologi.
Albertus berkata:
Tentu saja, jika peristiwa ini benar terjadi, maka tidak diragukan lagi, Fulcanelli mungkin adalah satu-satunya alchemist abad 20 yang berhasil melakukan transmutasi.
Selain kemampuannya melakukan transmutasi, Fulcanelli juga dipercaya memiliki pengetahuan yang jauh lebih maju dibanding jamannya. Kesaksian mengenai ini datang dari seorang ahli kimia yang juga jurnalis bernama Jacques Bergier.
Pertemuan dengan Jacques Bergier
Pada Juni 1937, Bergier mengaku pernah didatangi oleh seorang pria misterius yang memintanya untuk menyampaikan pesan kepada ilmuwan fisika Andre Helboner. Pria misterius itu berkata kalau ia merasa berkewajiban memperingatkan mereka akan bahaya yang bisa ditimbulkan dari usaha memanipulasi energi nuklir. Saat itu, bom atom belum tercipta. Ini berarti pria misterius tersebut memiliki pengetahuan yang belum dikenal luas di dunia sains saat itu. Bergier yakin kalau pria itu adalah Fulcanelli.
Jacques Bergier
Yang lebih aneh lagi adalah, setelah kunjungan ke Bergier, American Office for Strategic Services (Cikal bakal CIA) mulai mengadakan penelitian yang ekstensif mengenai sosok Fulcanelli hingga akhir perang dunia II. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan semua ilmuwan yang memiliki pengetahuan awal mengenai nuklir untuk mencegah pembelotan kepada pihak musuh. Tetapi Fulcanelli tidak pernah ditemukan.
Pertemuan Terakhir Canseliet dan Fulcanelli
Dalam kesaksiannya puluhan tahun kemudian, Canseliet mengaku berjumpa lagi dengan Fulcanelli pada tahun 1954 dimana ia melihat Fulcanelli tidak bertambah tua. Ini menunjukkan kalau ia juga berhasil menemukan rahasia Elixir of Life.
"Master sudah sangat tua, namun 80 tahun seperti biasa saja baginya. 30 tahun kemudian, aku kembali melihatnya dan ia terlihat seperti seseorang yang berusia 50 tahun. Ia tidak terlihat lebih tua dibandingkan saya."
Saat itu Canseliet mengadakan perjalanan ke Seville, Spanyol, dimana ia dibawa melewati jalan yang berliku-liku menuju sebuah kastil besar yang berada di antara pegunungan. Setibanya disana, ia disambut oleh Fulcanelli sendiri.
Di dalam kastil, Canseliet mengaku melihat ada wanita dan anak-anak berpakaian seperti abad pertengahan. Lalu, Fulcanelli membawanya ke sebuah laboratorium dan mengijnkannya untuk melakukan eksperimen. Setelah perjumpaan itu, ia tidak pernah bertemu dengan Fulcanelli lagi.
Sosok Fulcanelli tidak pernah muncul lagi ke permukaan. Canseliet juga mengatakan kalau tahun itu adalah tahun terakhir perjumpaannya dengan tokoh misterius itu.
Sekarang, orang mulai mengenalnya sebagai seorang alkemis yang juga keturunan raja. Namun, segala sesuatu mengenai pria ini masih kabur dan misterius.
Lalu, ia menghilang kembali selama 11 tahun.
Tahun 1774, ia muncul kembali di Bavaria dengan menggunakan gelar Count of Tsarogy. Di sini ia berjumpa dengan salah satu bangsawan Bavaria bernama Freherr Reinhard Gemmingen.
Dua tahun kemudian ia muncul di Jerman dan menyebut dirinya sebagai Count Welldone dan sekali lagi menawarkan resep-resep kosmetik, anggur, minuman, pengobatan tulang, kertas dan gading kepada kerajaan.
Di hadapan raja Frederick, ia mengaku sebagai anggota Freemasonry dan mengaku memiliki kemampuan mengubah logam menjadi emas. Ia diberi tempat tinggal di kediaman pangeran Karl yang juga anggota Freemasonry dan di tempat itu ia mempelajari obat-obatan herbal untuk diberikan kepada orang-orang miskin. Ia tinggal di tempat ini hingga tahun yang secara resmi dianggap sebagai tahun kematiannya.
Walaupun telah dikenal di banyak kalangan, kehidupan Count masih diselubungi oleh misteri.
Pernah suatu hari, Count berkata kepada sekumpulan teman-temannya: "Siapa di antara kalian yang pernah melihat saya makan?"
Tidak ada satupun yang mengangkat tangan. Mereka memang sering melihat Count duduk di meja makan bersama teman-temannya, namun mereka mengakui kalau Count tidak pernah menyentuh makanan yang tersaji.
Orang-orang disekelilingnya menjadi semakin yakin kalau Count telah menemukan rahasia Elixir of Life. Kepada mereka, Count juga sering mengatakan kalau ia telah berumur ratusan tahun dan pernah tinggal di masa Kaldea kuno dan mengetahui rahasia para master dari Mesir.
Dalam kesempatan yang lain, Count sedang duduk di sebuah meja bersama teman-temannya sambil menceritakan sejarah dunia ratusan tahun yang lampau. Untuk sesaat, ia terdiam, lalu menoleh kepada pelayannya sambil bertanya: "Adakah yang saya lewatkan?"
Tanpa diduga, pelayan itu berkata: "Tuan, anda lupa kalau saya baru tinggal bersama anda selama 500 tahun sehingga saya tidak hadir pada saat peristiwa itu. Mungkin pendahulu saya yang mengetahuinya."
Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang luar biasa di Jerman, sebuah kejadian tak terduga terjadi pada tahun 1784.
Pada tanggal 27 Februari 1784, Count St.Germain sedang berada di kastilnya di Eckenform ketika ia disebut menderita pneumonia dan meninggal dunia. Kematiannya disaksikan secara langsung oleh dokter yang merawatnya.
Reputasinya yang dikenal sebagai seorang alkemis membuat banyak orang menyangsikan kalau Count sudah meninggal karena di Eckenform sendiri tidak pernah ditemukan satupun batu nisan bertuliskan namanya.
Mungkin ada benarnya juga kalau tahun itu count belum meninggal karena ada sebuah dokumen resmi Freemasonry yang menyebutkan kalau pada tahun 1785, Freemasonry cabang Perancis telah memilih dia sebagai perwakilan mereka di sebuah konvensi yang diadakan pada tahun itu bersama dengan Mesmer, Saint-Martin dan Cagliostro (yang juga dipercaya sebagai alkemis dan hidup abadi).
Count St.Germain - Lukisan tahun 1784
Tidak sampai disitu, pada tahun 1789, St.Germain disebut muncul di istana Rusia dan disambut sang ratu sendiri. Lalu pada tahun 1789, 5 tahun setelah kematiannya, Comtesse d'Adhemar mengaku berjumpa dengannya dan mengalami percakapan yang cukup panjang di Gereja Recollets.
Pada Comtesse, ia memberikan ramalannya kalau ratu Marie Antoinette akan tewas dengan mengenaskan dan keluarga kerajaan akan hancur berantakan. Setelah itu berkata kalau ia akan pergi ke Swedia untuk menyelidiki raja Gustavius III dan mencoba untuk mencegah terjadinya sebuah kejahatan besar.
Menurut Sang Comtesse, wajah dan penampilan St.Germain terlihat seperti seorang yang baru berusia 30 tahun lebih.
Lalu, pada tahun 1790, Franz Graeffer, seorang temannya yang berkebangsaan Austria mengaku menerima sebuah surat dari Count yang berbunyi:
"Besok malam, aku akan pergi lagi. Aku dibutuhkan di Konstantinopel, lalu aku akan ke Inggris untuk mempersiapkan dua penemuan yang akan kalian miliki di abad berikutnya, yaitu kereta api dan kapal uap. Pada akhir abad ini, aku akan menghilang dari Eropa dan pergi menyepi ke Himalaya. Aku akan berisitirahat, aku harus beristirahat."
Tidak ada yang tahu pasti kemana ia pergi pada tahun berikutnya. Kemunculannya yang berikutnya diketahui dari catatan Comtesse d'Adhemar yang sebelumnya telah berjumpa dengannya pada tahun 1789.
Pada tahun 1821, Comtesse d'Adhemar menulis:
"Setiap kali aku melihatnya, aku selalu takjub. Aku berjumpa dengannya ketika ratu dibunuh pada tanggal 18 di Brumaire dan aku kembali berjumpa dengannya satu hari setelah kematian duke of d'Enghien pada Januari 1815 dan juga sekali lagi pada malam kematian Duke de Berry."
Pada tahun 1821 itu, Mademoiselle de Genlis juga mengaku berjumpa dengan St.Germain selama negosiasi di Winna. Kesaksian ini diteguhkan oleh Comte de Chalons.
Apakah benar St.Germain masih hidup pada tahun itu?
Banyak orang yang mempercayai hal itu.
Pada tahun setelah tahun 1821, seorang penulis Inggris bernama Albert Vandam mengatakan kalau ia pernah berjumpa dengan seorang pria misterius yang mirip dengan Comte de Saint Germain.
"Ia menyebut dirinya Mayor Fraser. Ia hidup sendiri dan kaya raya. Ia juga memiliki pengetahuan luas mengenai Eropa dan dalam beberapa kesempatan, ia berkata kalau ia mengenal Nero dan telah berbicara dengan Dante."
Sama seperti St.Germain, Mayor Fraser juga terlihat seperti seorang pria berusia 40 tahun dan menghilang begitu saja pada tahun-tahun berikutnya. Menariknya, pada tahun 1820, seseorang bernama Mayor Fraser menerbitkan sebuah buku yang menceritakan mengenai perjalanannya ke Himalaya dimana ia berhasil mencapai Gangotri, yaitu sumber paling suci dari sungai Ganga dan mandi di sana. Ini sesuai dengan surat Count yang ditulis untuk sahabatnya. Jadi, banyak yang percaya kalau Mayor Fraser sesungguhnya adalah Count sendiri.
ada tahun 1835, Count disebut muncul lagi di Paris, lalu di Milan tahun 1867 dan di Mesir pada tahun-tahun berikutnya. Napoleon bahkan disebut pernah bertemu dengan dirinya dan masih menyimpan catatan mengenainya.
Setelah itu, salah seorang pemimpin Teosofi bernama Annie Besant mengklaim kalau ia bertemu St.Germain pada tahun 1896 dimana sang guru mengajarkan kepadanya berbagai hikmat.
Anggota Teosofi lainnya bernama CW.Leadbeater juga mengklaim bertemu dengan St.Germain di Roma tahun 1926. Leadbeater mengatakan kalau saat itu, St Germain menunjukkan kepadanya sebuah jubah yang pernah dipakai salah seorang kaisar romawi.
Anggota Teosofi lainnya bernama Guy ballard juga mengaku pernah berjumpa dengan Count. Namun, kesaksiannya kali ini sedikit berbeda karena Ballard mengklaim kalau Count memperkenalkannya dengan para pengunjung dari Venus. Ballard bahkan menulis sebuah buku mengenai hal ini.
Jika melihat dari kehidupannya, maka sebenarnya tidak ada yang aneh dari Count St.Germain. Ia mungkin memang keturunan raja yang memiliki banyak keahlian, suka menghilang selama beberapa tahun dan memiliki kharisma yang luar biasa. Satu-satunya misteri yang ada padanya hanyalah rumor yang menyebutkan kalau ia adalah seorang alkemis yang mampu mengobah logam dasar menjadi emas (Philosopher's Stone) dan telah menemukan rahasia umur panjang (elixir of life).
Annie Besant pernah mengadakan penyelidikan mengenainya dan ia percaya kalau St.Germain adalah anak dari pangeran Transylvania bernama Francis Racoczi yang diasingkan oleh kerajaan. Pendapat ini dikonfirmasikan oleh fakta kalau salah satu dari anak-anak pangeran Racoczi yang dibesarkan oleh pihak keluarga kerajaan Austria pergi meninggalkan kerajaan Austria. Penulis lain bernama Raymond Bernard percaya kalau Count sebenarnya adalah Francis Bacon yang juga dipercayainya sebagai tokoh yang menulis dengan menggunakan nama Shakespeare.
Tapi, tetap saja tidak ada yang aneh dengan hal itu.
Beberapa peneliti yang skeptis percaya kalau legenda Count terlalu dibesar-besarkan. Rumor-rumor mengenai kehebatannya bisa saja tersebar akibat isu yang dihembuskan banyak orang yang mengenalnya.
Misalnya, tidak berapa lama setelah tahun kematiannya, seorang komedian Inggris bernama Milord Gower mulai menirukan karakter Count dalam aksi panggungnya. Tidak bisa disangkal kalau ia lebih menekankan pada sisi satir dibanding fakta, misalnya dengan mengatakan kalau Count adalah seorang alkemis yang hidup abadi dan bahkan mengenal Yesus.
Rumor seperti ini mungkin telah menyebabkan pengkultusan terhadap pribadi Count. Pengkultusan ini kemudian dinyalakan kembali oleh kaum esoterik yang anggota-anggotanya menulis banyak buku mengenai pria ini. Namun, sama seperti tokoh misterius lainnya di dalam sejarah, kita mungkin tidak akan pernah bisa memastikan identitasnya, entahkah ia seorang penipu, mata-mata, pesulap atau benar-benar seorang alkemis yang telah menemukan rahasia Elixir of Life.Nicholas Flamel
Nicolas Flamel (1330-1417) merupakan seorang ahli kimia berkebangsaan Perancis. Dia menuliskan buku ahli kimia terpopulernya ialah Livre des figures hiéroglypiques di Paris pada tahun 1612 dan Exposition of the Hieroglyphicall Figures di London pada tahun 1624. Dia dilahirkan di Paris pada tahun 1330. Dia merupakan kaligrafer dan penulis buku di Universitas Paris. Menurut kata pengantar untuk karyanya dan rincian tambahan yang telah terkumpul sejak publikasi, Flamel adalah yang paling dicapai para ahli alkimia Eropa dan telah belajar seni dari converso Yahudi di jalan ke Santiago de Compostela.
Seperti Harkness Debora mengatakan, "pikir Lainnya Flamel adalah penciptaan abad ke-17 editor dan penerbit putus asa untuk menghasilkan edisi cetak modern risalah alkimia dianggap kuno kemudian beredar dalam naskah untuk publik membaca avid." Penegasan modern yang banyak referensi untuk dia atau tulisannya muncul di teks-teks alkemis abad ke-16, bagaimanapun, tidak dikaitkan dengan sumber tertentu. Inti dari reputasi adalah bahwa ia berhasil di dua tujuan magis alkimia - bahwa ia membuat Batu Bertuah, yang mengubah timah menjadi emas, dan bahwa ia dan istrinya Perenelle kebakaan dicapai melalui "Elixir of Life"
Nicolas dan istrinya, Perenelle adalah Katolik Roma yang taat. Kemudian dalam kehidupan mereka dicatat untuk kekayaan mereka dan filantropi serta beberapa interpretasi tentang alkimia modern. Sebuah buku alkimia, yang diterbitkan di Paris pada 1613 sebagai tokoh Livre des hiéroglypiques dan di London pada tahun 1624 sebagai Pameran dari Angka Hieroglyphical ini disebabkan Flamel. Ini adalah kumpulan desain konon ditugaskan oleh Flamel untuk timpanum di des Cimetière Innocents di Paris, lama menghilang pada saat karya tersebut dipublikasikan. Dalam pengantar penerbit pencarian Flamel untuk batu filsuf digambarkan.
Menurut pendahuluan yang, Flamel telah membuat itu sebagai karya seumur hidupnya untuk memahami teks buku 21-halaman misterius ia dibeli. Pendahulunya mengklaim bahwa sekitar 1378, ia pergi ke Spanyol untuk bantuan dengan terjemahan. Di perjalanan pulang, ia melaporkan bahwa ia bertemu dengan seorang bijak, yang mengidentifikasi buku Flamel sebagai salinan Kitab asli dari Abraham Mage. Dengan pengetahuan ini, selama beberapa tahun ke depan, Flamel dan istrinya diduga cukup diterjemahkan dari buku yang berhasil mereplikasi resep untuk Batu Bertuah, memproduksi perak pertama di 1382, dan kemudian emas.
Flamel hidup ke selama 80an dan pada 1410 dirancang batu nisan sendiri, yang diukir dengan tanda-tanda dan simbol misterius alkimia. Batu nisan yang diawetkan di Musée de Cluny di Paris dan catatan hidupnya yang legendaris. Selain buku misterius dari 21 halaman penuh dengan simbol-simbol alkimia dikodekan dan menulis misterius, ia juga mungkin telah mempelajari beberapa teks dalam bahasa Ibrani. Minat Flamel dihidupkan kembali di abad ke-19 dan Victor Hugo menyebutkan namanya dalam The Bongkok dari Notre Dame. Eric Satie tertarik oleh Flamel. Dia telah mencapai status legendaris dalam lingkaran alkimia oleh abad ke-17 pertengahan dengan referensi dalam jurnal Isaac Newton untuk "Caduceus, Dragons dari Flammel".
Nicholas Flamel sendiri (Jika pernah membaca novel Harry Potter yang pertama, Harry Potter and Sorcerer Stone. Anda juga akan mendapati nama ini, dengan deskripsi sosok yang persis sama—sebagai seorang alkemis, sekaligus pencipta ramuan untuk memperpanjang usia dan batu bertuah) memang pernah hidup. Ia benar-benar ada. Ia lahir di Paris pada tanggal 28 September 1330. Flamel dikenal sebagai alkemis yang terkenal pada masanya. Menurut catatan sejarah, beliau meninggal pada tahun 1418. Walau pada saat dibongkar ternyata makamnya kosong.
Sampai saat ini, bekas kediaman Sang Alkemis masih ada di Paris. Di suatu jalan bernama Rue du Montmorency kita akan mendapati sebuah bangunan bertanda AUBURGE NICOLAS FLAMEL. Rumah tersebut, yang pernah didiami oleh Flamel dan istrinya Perenelle Flamel, merupakan salah satu bangunan tertua di Paris. Rumah tersebut sampai saat ini dilestarikan oleh para penduduk Paris sebagai wujud terima kasih pada Flamel atas pengabdiannya untuk ilmu pengetahuan. Di Paris bahkan juga ada jalan yang menyandang nama Flamel dan istrinya, yaitu Rue Nicolas Flamel dan Rue Perenelle.
Ini adalah rumah batu tertua di kota tersebut. Ada sebuah prasasti tua di dinding:. Kami, ploughmen dan perempuan yang hidup di teras rumah ini, dibangun pada 1407, diminta untuk mengatakan setiap harinya "Bapa Kami" dan "Ave Maria" Tuhan berdoa bahwa rahmat-Nya mengampuni orang berdosa yang miskin dan mati.
Fulcanelli
"Salah satu kisah paling aneh yang pernah muncul dari awan misteri yang menyelimuti ilmu kuno alchemy adalah kisah yang menyangkut master modernnya, Fulcanelli"
---Kenneth Johnson, 1992---
Alchemy adalah sebuah ilmu pengetahuan kuno yang berfokus pada usaha untuk mengubah logam dasar menjadi emas (transmutasi), penelitian mengenai Elixir of Life (ramuan hidup abadi) dan pencapaian hikmat tingkat tinggi. Praktek ini telah dilakukan oleh penduduk masa purba, mulai dari Mesir, India, Mesopotamia, Eropa hingga Cina dan Jepang.
Salah satu aspek yang terpenting dari ilmu Alchemy adalah Philospher's Stone, sebuah substansi yang dipercaya mampu mengubah logam dasar menjadi emas. Substansi ini telah dicari oleh para alchemist selama ribuan tahun tanpa hasil.
Selama ini, Alchemy masih digolongkan kedalam Pseudo Science karena dianggap tidak mengikuti kaidah sains yang baku dan tidak ada bukti ilmiah yang dihasilkan. Bahkan Isaac Newton yang pernah menulis beberapa bahasan soal alchemy juga tidak berhasil memecahkan misteri Philospher's Stone atau Elixir of Life. Tentu saja, ini membuat ilmu alchemy tergantung-gantung diantara fiksi dan realita.
Namun, pada awal abad ke-20, di Paris, beredar sebuah rumor kalau di kota itu tinggal seorang alchemist yang hidup secara rahasia dan telah berhasil memecahkan rahasia kuno transmutasi, dengan kata lain, rahasia Philosopher's Stone sendiri. Alchemist ini dikenal dengan nama Fulcanelli.
Rumor ini berasal dari Eugene Leon Canseliet (1899-1982) dan sahabatnya Jean-Julien Champagne (1877-1932) yang mengaku sebagai murid langsung dari Fulcanelli. Kedua orang ini juga pendiri dari kelompok esoterik rahasia Perancis bernama Les Freres d'Heliopolis atau The Brotherhood of Heliopolis.
Eugene Canseliet
Jean-Julien Champagne
Fulcanelli yang berarti "The Fire of the Sun" disebut sebagai master yang memimpin kelompok kecil tersebut.
Menurut Canseliet, Fulcanelli adalah seorang pria yang sudah berumur, kaya raya dan memiliki pengetahuan yang luar biasa dalam seni, arsitektur dan bahasa. Ia juga disebut sebagai alchemist sejati yang telah memperoleh pengetahuan mengenai rahasia Philosopher's Stone. Namun, identitas pria misterius ini masih dirahasiakan dari anggota perkumpulan lainnya. Hanya Canseliet dan Champagne yang pernah bertemu muka dengannya.
Para anggota yang tidak pernah berjumpa dengan master alchemist ini mulai meragukan keberadaannya, sampai suatu hari, sebuah buku misterius muncul.
Buku itu muncul di Paris pada tahun 1926 dengan judul "Le Mystere des Cathedrales" atau 'The Mystery of Cathedrals" dan hanya dicetak sebanyak 300 eksemplar.
Konon, siapa saja yang membaca buku itu dengan cara yang tepat akan mengetahui rahasia transmutasi seperti mengubah timah menjadi emas. Nama pengarang yang tercantum di sampul depan buku itu hanya satu kata, Fulcanelli.
36 Ilustrasi pada buku itu dibuat oleh Jean Julien Champagne dan kata pengantarnya ditulis oleh Eugene Canseliet. Canseliet mengaku telah mengatur penerbitan buku itu atas permintaan pribadi dari Fulcanelli.
Dengan terbitnya buku ini, keraguan akan keberadaan tokoh misterius itu sirna karena buku itu mengandung tingkat intelektualitas yang luar biasa.
Buku ini berisi topik mengenai interpretasi simbol pada berbagai katedral Gothic dan bangunan lain di Eropa. Menurut isi buku ini, bangunan-bangunan Gothic tersebut menyembunyikan instruksi alchemy dalam simbol-simbol yang terukir di bangunan itu.
Walaupun topik ini sudah pernah disinggung oleh banyak penulis sebelumnya, namun tidak pernah ada orang yang menulis dengan cara yang begitu jelas dan spesifik. Dengan demikian Fulcanelli mulai menjadi pusat perhatian di kalangan para alchemist dan okultis di paris.
Pada tahun 1930, buku kedua kembali muncul. Judulnya "Les Demeures Philosophales" atau 'The Dwellings of the Philosophers". Sekali lagi, Canseliet menulis kata pengantarnya dan Champagne membuat ilustrasinya.
Canseliet mengaku kalau Fulcanelli sebenarnya juga telah membuat buku ketiga yang berjudul "Finis Gloria Mundi" atau "The End of Worldly Glory". Namun, entah mengapa, Fulcanelli memerintahkan untuk menghancurkan naskahnya sebelum diterbitkan.
Menurut Canseliet, Fulcanelli pernah memberikan kepadanya sejumlah bubuk alchemy yang disebut "powder of projection" pada tahun 1922. Dengan bubuk ini, Fulcanelli mengijinkan Canseliet mengubah empat ons timah menjadi emas.
Transmutasi
Kesaksian Canseliet mengenai kemampuan Fulcanelli mengubah logam menjadi emas diteguhkan oleh Albertus Spagyricus.
Dalam bukunya yang berjudul "The Alchemist of the Rocky Mountains", ia mengatakan kalau Fulcanelli pernah mengubah setengah pon timah menjadi emas dan mengubah empat ons perak menjadi uranium di tahun 1937.
Peristiwa transmutasi ini terjadi di Castel de Lere, dekat Borges dan disebut-sebut disaksikan oleh Pierre de Lesseps bersama dua ahli fisika, seorang ahli kimia dan seorang ahli geologi.
Albertus berkata:
"Ketika Fulcanelli menambahkan substansi tak dikenal kedalam setengah pon timah cair, timah itu berubah menjadi emas dengan berat yang sama. Fulcanelli melakukan hal yang sama dengan perak yang kemudian segera berubah menjadi Uranium. Ketika ditanya nama substansinya, ia hanya mengatakan kalau substansi itu berasal dari Ferrous Pyrite."
Tentu saja, jika peristiwa ini benar terjadi, maka tidak diragukan lagi, Fulcanelli mungkin adalah satu-satunya alchemist abad 20 yang berhasil melakukan transmutasi.
Selain kemampuannya melakukan transmutasi, Fulcanelli juga dipercaya memiliki pengetahuan yang jauh lebih maju dibanding jamannya. Kesaksian mengenai ini datang dari seorang ahli kimia yang juga jurnalis bernama Jacques Bergier.
Pertemuan dengan Jacques Bergier
Pada Juni 1937, Bergier mengaku pernah didatangi oleh seorang pria misterius yang memintanya untuk menyampaikan pesan kepada ilmuwan fisika Andre Helboner. Pria misterius itu berkata kalau ia merasa berkewajiban memperingatkan mereka akan bahaya yang bisa ditimbulkan dari usaha memanipulasi energi nuklir. Saat itu, bom atom belum tercipta. Ini berarti pria misterius tersebut memiliki pengetahuan yang belum dikenal luas di dunia sains saat itu. Bergier yakin kalau pria itu adalah Fulcanelli.
Jacques Bergier
Yang lebih aneh lagi adalah, setelah kunjungan ke Bergier, American Office for Strategic Services (Cikal bakal CIA) mulai mengadakan penelitian yang ekstensif mengenai sosok Fulcanelli hingga akhir perang dunia II. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan semua ilmuwan yang memiliki pengetahuan awal mengenai nuklir untuk mencegah pembelotan kepada pihak musuh. Tetapi Fulcanelli tidak pernah ditemukan.
Pertemuan Terakhir Canseliet dan Fulcanelli
Dalam kesaksiannya puluhan tahun kemudian, Canseliet mengaku berjumpa lagi dengan Fulcanelli pada tahun 1954 dimana ia melihat Fulcanelli tidak bertambah tua. Ini menunjukkan kalau ia juga berhasil menemukan rahasia Elixir of Life.
"Master sudah sangat tua, namun 80 tahun seperti biasa saja baginya. 30 tahun kemudian, aku kembali melihatnya dan ia terlihat seperti seseorang yang berusia 50 tahun. Ia tidak terlihat lebih tua dibandingkan saya."
Saat itu Canseliet mengadakan perjalanan ke Seville, Spanyol, dimana ia dibawa melewati jalan yang berliku-liku menuju sebuah kastil besar yang berada di antara pegunungan. Setibanya disana, ia disambut oleh Fulcanelli sendiri.
Di dalam kastil, Canseliet mengaku melihat ada wanita dan anak-anak berpakaian seperti abad pertengahan. Lalu, Fulcanelli membawanya ke sebuah laboratorium dan mengijnkannya untuk melakukan eksperimen. Setelah perjumpaan itu, ia tidak pernah bertemu dengan Fulcanelli lagi.
Sosok Fulcanelli tidak pernah muncul lagi ke permukaan. Canseliet juga mengatakan kalau tahun itu adalah tahun terakhir perjumpaannya dengan tokoh misterius itu.
jirr voss
BalasHapusFull metal alcemist
BalasHapus